Gencar Hilirisasi Nikel, Industri Logam Dasar Diproyeksikan Tumbuh 15 Persen Tahun 2023

Bisnis.com,18 Feb 2023, 05:50 WIB
Penulis: Widya Islamiati
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Industri logam dasar diperkirakan akan tumbuh berkisar antara 10 hingga 15 persen tahun ini lantaran proyek hilirisasi nikel yang terus digenjot oleh pemerintah.

Hal ini diungkapkan oleh ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet, menurutnya, hal ini tidak lepas dari program hilirisasi nikel yang terus berlanjut.

“Pertumbuhan akan berada di kisaran 10-15 persen,” kata Yusuf saat dihubungi Bisnis pada Jumat (17/2/2023).

Menurutnya, upaya pemerintah untuk mendorong produksi kendaraan listrik dalam mengejar target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 mendatang, akan turut menggenjot pertumbuhan sektor logam dasar. Lantaran, pengembangan baterai kendaraan listrik tidak bisa lepas dari industri hilirisasi nikel.

“Peningkatan atau pertumbuhan industri logam dasar ini tidak terlepas dari program hilirisasi nikel yang dilakukan pemerintah di 3 tahun yang lalu,” tambah Yusuf.

Dengan demikian, menurutnya, industri ini masih akan menjadi industri yang dicari tahun ini. Terlebih tahun lalu, industri ini juga mendapatkan pertumbuhan tertinggi, meskipun disebabkan oleh tingginya konsumsi baja.

Meskipun, Yusuf menyebut, dia belum menghitung secara rinci mengenai pertumbuhan industri ini, namun dia memperkirakan pertumbuhannya tidak akan jauh dari pencapaian industri ini pada tahun lalu.

“Sementara share terhadap total industri manufaktur akan berada di kisaran 5 hingga 7 persen,” pungkasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri logam dasar mengalami pertumbuhan sebesar 14,8 persen sepanjang 2022, dengan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp124,29 triliun.

Ketua Cluster Flat Product Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional/The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Melati Sarnita menyebut, konsumsi baja pada tahun lalu yang naik sebesar 7 persen menjadi penyebab utama industri logam dasar tumbuh sebesar 14,80 persen.

Angka ini membuat industri logam dasar mencatatkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan subsektor industri pengolahan yang lainnya. Mengungguli pertumbuhan industri mesin dan pengilangan minyak dan gas yang bertumbuh sebesar 11,37 persen dan industri alat angkutan sebesar 10,67 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini