Bisnis.com, JAKARTA — Bank beraset jumbo kompak catatkan kinerja positif sepanjang 2022. Apabila ditotal jumlah laba yang ditimbun lima bank terbesar di Indonesia dari segi aset tembus Rp154,65 triliun.
Kelima bank itu di antaranya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN).
Sebagaimana diketahui, Bank Mandiri, BRI hingga BCA berhasil mencetak laba di atas Rp40 triliun hingga triwulan IV/2022.
Kemudian, BNI juga berhasil mencetak sejarah torehan laba terbesar yang tembus Rp18,31 triliun. Sedangkan BBTN juga mencatatkan pertumbuhan torehan laba mencapai Rp3,04 triliun sepanjang 2022.
Pertumbuhan pada sisi bottom line yang dialami kelima bank jumbo tersebut berbanding lurus dengan torehan kinerja dan peforma bisnis perseroan sepanjang 2022.
Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Anggi Kristiantoro menuturkan bahwa kinerja moncer tersebut masih akan terus berlanjut pada tahun ini.
Bank dengan aset jumbo tersebut diproyeksi mampu menyabet pertumbuhan industri mencapai dobel digit. Kinerja positif juga diramal akan terjadi pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
"Apalagi jika bank-bank besar tersebut dipilih oleh BI menjadi bank DHE maka akan menjadi faktor poristif tambahan," pungkasnya kepada Bisnis, dikutip Rabu (22/2/2023).
Kinerja 5 bank terbesar di Indonesia sepanjang 2022
1. Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Sebagaimana diketahui BBRI telah membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik, secara konsolidasi , mencapai Rp51,17 triliun sepanjang 2022, atau melesat 64,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, rasio profitabilitas BBRI juga menghijau. Tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) BRI tumbuh kencang, yakni 406 basis poin (bps) menjadi 20,93 persen. Selain itu, BRI mencatatkan peningkatan pada tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) 104 bps menjadi 3,76 persen.
Sementara itu, bila dilihat dari sisi efisiensi, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perseroan tercatat turun dari 74,3 persen menjadi 64,2 persen.
Alhasil, upaya efisiensi tersebut juga menjadi salah satu motor perseroan dalam menjaga laba meskipun margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BBRI terkoreksi 9 bps menjadi 6,8 persen.
Sementara itu, BBRI juga mencatat pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan mencapai 13,92 persen Rp1.139,08 triliun. Alhasil aset bank juga terkerek naik 11,2 persen yoy menjadi Rp1.089,8 triliun.
Dari sisi kualitas aset, pertumbuhan kredit bank juga diikuti oleh peningkatan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross turun 26 bps menjadi 2,82 persen. Hanya saja, NPL net terpantau naik tipis sebesar 3 bps menjadi 0,73 persen.
2. Bank Mandiri
Bank Mandiri diketahui berhasil mencetak laba Rp41,2 triliun sepanjang 2022. Laba tersebut melonjak 46,9 persen secara tahunan.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, salah satu hal yang mendorong pertumbuhan laba tersebut yakni pendapatan bunga bersih perseroan yang tumbuh 20,3 persen mencapai Rp87,9 triliun.
Pertumbuhan laba tersebut juga didorong oleh akselerasi rasio net interest margin yang naik 43 bps menjadi 5,16 persen dari 4,73 persen pada Desember 2021.
Di samping itu, rasio kinerja BMRI juga mencatatkan pertumbuhan positif. ROA bank naik 77 bps menjadi 3,30 persen, sedangkan tingkat pengembalian ekuitas ROE tumbuh kencang, yakni 638 bps menjadi 22,62 persen.
Kinerja BMRI tersebut makin efisien sejalan dengan rasio BOPO perseroan terpangkas 991 bps menjadi 57,35 persen dari posisi sebelumnya sebesar 16,24 persen.
Dari sisi kredit, BMRI juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,62 persen mencapai Rp932,63 triliun sepanjang 2022. Bersamaan dengan peningkatan tersebut, rasio kredit macet alias Non performing loan gross perusahaan juga berhasil ditekan 81 poin menjadi 1,92 persen.
Adapun pada saat yang sama, dana murah Bank Mandiri naik menjadi Rp1.491 triliun atau naik 15,5 persen. Dengan capaian ini, maka aset Bank Mandiri mencapai Rp1.993 triliun atau juga naik 15,5 persen secara tahunan.
3. Bank Central Asia (BCA)
Laba BBCA sepanjang tahun 2022 mencapai Rp40,7 triliun atau tumbuh 20,6 persen secara tahunan.
Kinerja apik bottom line BBCA tersebut juga diikuti oleh rasio kinerja yang tumbuh positif. Tingkat pengembalian ekuitas Bank sepanjang 2022 mencapai 21,7 persen atau naik 345 bps dari posisi pada Desember 2021 sebesar 18,25 persen. Sementara ROA perseroan sepanjang 2022 berada pada level 3,19 persen.
Sementra itu, sepanjang tahun 2023 BBCA juga mencatat pemulihan permintaan kredit yang lebih besar dari permintaan sebelumnya. Kredit korporasi mencapai Rp322,2 triliun pada Desember 2022. Sementara kredit komersial dan UKM meningkat 10,6 persen yoy mencapai 210,2 triliun rupiah.
BCA juga turut melaporkan penyaluran kredit pemilikan rumah tumbuh 11 persen yoy menjadi Rp108,3 triliun. Sementara itu KKB naik 13,6 persen yoy menjadi Rp46,1 triliun rupiah atau mampu rebound dari penurunan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kredit BCA tersebut juga diikuti dengan sejumlah perbaikan rasio kredit berisiko atau loan at risk (LAR) turun 10 persen pada 2022 dibandingkan 14,6 persen di tahun 2021.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tercatat sebesar 1,7 persen di 2022 atau turun dari 2,2 persen pada tahun sebelumnya.
"Di sisi pendanaan CASA naik 10,6 persen yoy mencapai Rp847,9 triliun per Desember 2022 atau berkontribusi hingga 82 persen dari total dana pihak ketiga [DPK]," pungkas EVP Corporate Communication & Social Responsibility BBCA Hera F. Haryn.
Adapun, total dana pihak ketiga tumbuh 6,5 persen yoy menjadi Rp1.040 triliun rupiah sehingga mendorong total aset BCAnai 7 persen yoy menjadi Rp1.315 triliun.
4. Bank Negara Indonesia (BNI)
Selnjutnya, BNI juga telah membukukan laba bersih sebesar Rp18,31 triliun atau tumbuh 68 persen yoy. Perolehan laba bersih ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah BNI.
Adapun, capaian laba tersebut disokong oleh pertumbuhan fee based income yang optimal mencapai 14,82 persen sepanjang 2022 atau naik 119 basis poin (bps) bila dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2021 sebesar 13,63 persen. Di samping itu, Margin bunga bersih perseroan juga tercatat tumbuh 14 bps di level 4,81 persen.
Pada kinerja bottom line, ROE BNI pada 2022 mencapai 16,39 persen, naik dibandingkan 2021 mencapai 10,42 persen. Lalu, ROA perseroan pada 2022 mencapai 2,46 persen tumbuh dibandingkan 2021 mencapai 1,43 persen.
Dalam mencetak kinerjanya sepanjang 2022, bisnis BBNI juga diketahui makin efisien. Hal itu tercermin dari rasio BOPO yang berhasil ditekan sebesar 1.255 bps menjadi 68,63 persen pada 2022 dari posisi sebelumnya sebesar 81,18 persen pada 2021.
Sementara dari sisi kredit, sepanjang 2022 bank berkode emiten BBNI ini telah mencatat penyaluran kredit sebesar Rp649,19 triliun, tumbuh dari posisi sebelumnya di level Rp582,43 triliun.
Adapun, lebih rinci dijelaskan, kredit korporasi yang mencakup SOE dan private yang telah disalurkan sepanjang 2022 tercatat sebesar Rp532,2 triliun atau tumbuh 10,3 persen. Adapun kredit konsumer pada 2022 tercatat sebesar Rp110,1 triliun atau tumbuh 11,2 persen secara tahunan.
Perbaikan juga terjadi pada kredit berisiko. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sepanjang 2022 menjadi 2,8 persen atau turun 90 bps.
Sedangkan, total kredit restrukturisasi Covid-19 perseroan dilaporkan menurun 31,2 persen yoy mencapai Rp49,6 triliun sepanjang 2022.
5. Bank Tabungan Negara (BTN)
Laba bersih perseroan tercatat tembus Rp3,04 Triliun atau naik 28,15 persen yoy.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo menjelaskan bahwa peningkatan tersebut didukung oleh ekapansi pinjaman, kenaikan dana murah, hingga kualitas kredit yang terus membaik.
"Laba juga didukung oleh penurunan biaya dana atau cost of fund yang turun 53 basis poin dari 3.13 persen pada 2021 menjadi 2.6 persen," tambahnya.
Pertumbuhan laba juga diikuti oleh kenaikan margin bunga bersih perseroan yang naik 41 bps menjadi 4,40 persen pada Desember 2022 dari 3,99 persen pada Desember 2021.
Sementara itu, ROA perseroan tercatat sebesar 1,02 persen atau tumbuh 21 bps. Kemudian ROE sebesar 16,42 persen atau tumbuh 278 bps.
Dari sisi kredit, BTN mencatat pertumbuhan sebesar 8.53 persen selama 2022. Adapun kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi motor terbesar penggerak bisnis BTN dengan pertumbuhan sebesar 9.23 persen menjadi Rp233 triliun.
Di samping akselerasi kredit, himpunan DPK naik 8,77 persen dari Rp295 triliun menjadi Rp321 triliun yang mana peningkatan DPK didorong oleh kanaikan dana murah sebesar 19,13 persen yoy menjadi Rp156,2 triliun pada akhir Desember 2022.
Di samping itu, dengan adanya penambahan modal dari Pemerintah, rasio kecukupan modal (CAR) tier-1 BTN mencapai sebesar 16,13 persen atau naik 233 bps per 31 Desember 2022.
Kemudian, perbaikan proses bisnis turut menekan rasio NPL gross Bank BTN sebesar 32 bps yoy menjadi 3,38 persen. Rasio pencadangan (coverage ratio) Bank BTN pun tetap naik sebesar 1.383 bps yoy menjadi 155,65 persen per 31 Desember 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel