Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham sejumlah bank BUMN bergerak volatil pekan ini di tengah kabar masih adanya pinjamam yang akan direstrukturisasi milik perusahaan konstruksi pelat merah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dalam sepekan terakhir turun 4,28 persen. Pada penutupan perdagangan kemarin (22/2/2023), harga saham BBNI merah dan terparkir di level Rp8.900. Sedangkan hari ini (23/2/2023), terjadi pemulihan dengan harga saham BBNI ditutup naik ke level Rp8.950.
Kemudian, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) turun 0,98 persen dalam sepekan. Harga saham BMRI pada penutupan perdagangan kemarin sempat merah ditutup di level Rp10.025. Pada penutupan perdagangan hari ini, harga saham BMRI naik jadi Rp10.075.
Demikian juga, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga turun 1,44 persen dalam sepekan. Pada penutupan perdagangan harga saham kemarin, BBRI merah dan terparkir di level Rp4.760. Kemudian, hari ini harga saham BBRI naik ke level Rp4.800.
Harga saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga turun 2,17 persen dalam sepekan. Pada perdagangan kemarin, harga saham BBTN turun ke level Rp1.340. Hari ini, harga saham BBTN menguat ke level Rp1.350.
Investment Analyst di Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan penurunan harga saham beberapa bank itu lebih dipengaruhi oleh asing yang melakukan aksi net sell. "Aksi itu dipicu oleh sentimen global terutama dari Amerika Serikat (AS)," ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (23/2/2023).
Menurutnya, pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan kembali melakukan aksi hawkish setelah rilis data indeks harga produksi. Selain itu, angka tenaga kerja AS yang masih tumbuh membuat pelaku pasar berekspektasi terhadap The Fed akan kembali melakukan pengetatan. "Pelaku pasar masih condong wait and see tanda-tanda The Fed selanjutnya," kata Fajar.
Sementara itu, penurunan harga saham bank BUMN ini terjadi seiring dengan kabar nyangkutnya pinjamam yang diberikan bank BUMN itu ke Waskita. Sebagaimana diketahui, Waskita tengah dalam kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman dan obligasi. Sementara itu, lebih dari separuh pinjaman Waskita atau Rp29,3 triliun disalurkan oleh bank BUMN. Emiten konstruksi ini tercatat memiliki total utang senilai Rp47,2 triliun.
Mengutip Bloomberg, Rabu (22/2/2023), WSKT sudah kesulitan membayar utang ke bank-bank BUMN sejak 2021. Kemudian, Waskita melakukan restrukturisasi utang senilai Rp21,9 triliun.
Ada tujuh bank yang terlibat dalam restrukturisasi utang tersebut yakni BNI, Bank Mandiri, BRI, BSI, PT Bank BTPN Tbk. (BTPN), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), dan PT Bank DKI. Waskita juga telah menunda pembayaran obligasi yang jatuh tempo pada 23 Februari 2023.
Salah satu bank BUMN, yakni BTN yang tercatat ikut memberikan utang kepada Waskita menyebutkan utang diberikan kepada anak usaha.
"BTN meminjamkan dana ke unit properti Waskita, bukan induknya, dan yakin tentang bisnis real estate itu," kata Wakil Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu dikutip dari Bloomberg pada Rabu (22/2/2023).
BRI juga memberikan pinjaman bagi Waskita. "Ke depan, pinjaman tersebut akan direstrukturisasi sesuai dengan situasi arus kas," kata Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto.
Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan Waskita sedang dalam restrukturisasi ulang karena masih terbatasnya pendanaan. Selain itu, masih terdapat beberapa proyek tol yang belum selesai.
Beberapa proyek jalan tol tersebut adalah Jalan Tol Kayu Agung–Palembang–Betung, Jalan Tol Bogor–Ciawi–Sukabumi, dan Tol Bekasi-Cawang- Kampung Melayu (Becakayu). Sedangkan bisnis tol yang relatif baru, membuat perusahaan memiliki pendanaan yang terbatas.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Waskita sedang dalam masa restrukturisasi yang membutuhkan persetujuan para pemberi pinjaman sebelum ikut serta dalam tender ulang. Adapun restrukturisasi tersebut diikat dalam perjanjian Master Restructuring Agreement (MRA).
Erick mengatakan sejauh ini mayoritas perusahaan BUMN sektor infrastruktur tergolong sehat. Beberapa diantaranya adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) yang masing-masing mencetak laba di atas Rp2 triliun. “Tapi yang masih restrukturisasi ini Waskita,”ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel