Pulang dari G20 India, Sri Mulyani Bawa Kabar Baik Soal Ekonomi AS

Bisnis.com,28 Feb 2023, 15:15 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Bangalore, India, Kamis (23/2/2023) - @smindrawati

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan kemungkinan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan mendarat dengan perlahan alias soft landing di mana inflasi dapat turun tanpa menyebabkan resesi. 

Sri Mulyani membawa kabar tersebut dari pertemuannya dengan Menkeu Amerika Serikat (AS) Janet Yellen saat rangkaian G20 di India pekan lalu. 

“Saya tanya Janet Yellen, dikatakan soft landing itu kemungkinan bisa dicapai, artinya inflasi bisa turun tanpa menyebabkan resesi,” ungkapnya dalam CNBC Indonesia: Economic Outlook 2023, di Jakarta, Selasa (28/2/2023). 

Optimistis tersebut muncul karena meski suku bunga terus dinaikan oleh The Fed dengan harapan ekonomi akan melambat, namun yang terjadi suku bunga tinggi justru menimbulkan reaksi pada capital market, capital flow, hingga berpengaruh terhadap suku bunga di berbagai negara. 

Jika selama ini banyak orang khawatir dengan kenaikan suku bunga yang tinggi akan terjadi hard landing dan menyebabkan resesi cukup dalam, di sisi lain, kondisi sektor riil Amerika justru tumbuh tinggi dan memberikan harapan bagi dunia bahwa ekonomi akan baik-baik saja. 

“Kalau Amerika kemungkinan soft landing, that’s good news, karena ekonomi dunia tidak terlalu buruk,” katanya. 

Kemungkinan resesi semakin tidak terlihat dengan China yang telah membuka ekonomi. Setidaknya dengan pembukaan tersebut akan memberikan dampak yang akan mulai terlihat pada kuartal II/2023. 

Selain itu, pada pertemuan Menteri Keuangan negara G20 di India lalu, Sri Mulyani yang juga bertemu dengan Menkeu Eropa menyampaikan bahwa ekonomi Eropa cukup resilien meski dihantam dengan lonjakan harga minyak yang sempat naik 5 kali lipat. 

“Jadi ini memberikan harpaan kalau Amerika, Eropa, dan China baik, India tetap tumbuh bagus. Ekonomi akan relatif baik pada 2023 dibandingkan prediksi resesi dunia,” ujarnya. 

Meski demikian, baik yang dalam hal ini dimaksud oleh Bendahara Negara tersebut yaitu pertumbuhan ekonomi akan tetap positif namun melambat di rentang 1,7-2 persen, lebih rendah dari masa pemulihan Covid-19 yang berada di level 5-6 persen. 

“Lemah namun tidak resesi, inflasi masih menjadi faktor yang menjadi perhatian karena kontribusi dari kenaikan harga memang bukan pure demand side, tapi dari supply karena geopolitik,” tutupnya. 

Sebelumnya, dalam menghadapi kemungkinan resesi, pada ajang pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, berbagai ekonom, pelaku usaha, hingga pemerintah berbagai negara optimistis terjadi ekonomi yang soft landing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini