Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) akan gencar menyasar pembiayaan ke sektor industri terkait hilirisasi tahun ini. Salah satu strategi yang disiapkan adalah dengan membentuk tim khusus.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan BNI merupakan bank yang berfokus pada pembiayaan ekspor dan impor. Ke depan akan ada sejumlah tantangan pada bisnis ini seperti gejolak geopolitik dampak perang Ukraina dan Rusia serta turunnya harga komoditas.
Namun, ada faktor pendorong lain yang akan mampu menggenjot bisnis ekspor impor, yakni hiliriasasi. “Kami ke depan akan fokus ke industri hilirisasi, karena ini akan mendorong pertumbuhan ekspor yang luar biasa, seperti di nikel yang tumbuh pesat,” ujar Royke dalam acara diskusi Economic Outlook 2023 pada Selasa (28/2/2023).
Apalagi, dorongan hilirisasi datang dari pemerintah. “Apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo [Jokowi] soal hilirisasi akan jadi triger kita untuk mempersiapkan diri biayai hilirisasi,” ujar Royke.
BNI pun ancang-ancang menggeber penyaluran kredit hilirisasinya tahun ini. Salah satu cara yang disiapkan BNI adalah dengan membentuk tim khusus. Tim tersebut disiapkan untuk menganalisis berbagai risiko penyaluran kredit kepada berbagai perusahaan terkait hilirisasi, seperti smelter.
“Kita menyiapkan tim yang mengerti industri. BNI siapkan kapabilitasnya untuk masuk ke hilirisasi,” katanya.
BNI sendiri mencatatkan penyaluran kredit Rp646,19 triliun pada 2022, tumbuh 10,9 persen secara tahunan (year on year/yoy). Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit tersebut paling jumbo mengalir pada sektor perindustrian tembus Rp133,89 triliun, tumbuh 9,77 persen yoy. Porsi penyaluran kredit pada sektor perindustrian tersebut tercatat sebesar 20,7 persen.
Adapun, industri yang menjadi andalan bagi BNI dalam mendongkrak kredit korporasinya adalah sumber daya alam, manufaktur, dan bisnis jasa. Outstanding kredit di sumber daya alam bertumbuh 157 persen yoy, manufaktur tumbuh 13 persen yoy, dan bisnis jasa tumbuh 23 persen yoy.
Sebagaimana diketahui, pemerintah belakangan ini tengah bertekad menjadikan indonesia sebagai pemain utama dalam industri hilirisasi global. Namun, Presiden Jokowi mengatakan bahwa industri hilirisasi ini membutuhkan pembiayaan yang besar.
"Saya minta betul-betul diberi dukungan yang konkret [kepada perbankan] karena saya dengar yang mau bikin smelter saja kesulitan mencari pendanaan," ujar Jokowi dalam acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan (PTIJK) 2023 pada awal bulan ini (6/2/2023).
Kendati demikian, Jokowi meminta agar dukungan pendanaan terhadap industri hilirisasi ke depan dapat diberikan dengan tetap menerapkan kalkulasi serta kehati-hatian yang tinggi.
"Hilirisasi menjadi kunci bagi negara ini kalau kita ingin menjadi negara maju. [Terapkan hilirisasi] di semua komoditas, baik untuk yang namanya CPO, Minerba, hingga yang berasal dari sumber daya alam laut kita," tambahnya. Jokowi menekankan bahwa hilirisasi kian dipandang penting dalam mendorong pendapatan domestik bruto (PDB) nasional untuk dapat terus tumbuh.
"Saya sudah sering menjelaskan, minerba dan gas itu dari yang namanya nikel saja lompatan kita dari US$1,1 bilion melompat menjadi US$30 bilion setelah ada hilirisasi," terang Jokowi saat menyoroti potensi besar dari hilirisasi.
Lebih lanjut, Jokowi juga memproyeksikan bahwa dampak hilirisasi dari sektor minerba, migas, dan kelautan dapat menyentuh angka US$715 juta. Di samping itu, lapangan kerja baru yang terbangun dapat mencapai 9,6 juta. "Dan saya minta dukungan OJK [Otoritas Jasa Keuangan] mengenai ini, bagaimana memberikan sosialisasi pentingnya hilirisasi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel