Musim Laporan Keuangan dan Pembagian Dividen, IHSG Bisa ke 6.950?

Bisnis.com,02 Mar 2023, 17:53 WIB
Penulis: Artha Adventy
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – PT Ajaib Sekuritas Asia menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir kuartal I/2023 berada di angka 6.950. Angka ini didorong oleh beberapa katalis positif seperti musim laporan keuangan, pembagian dividen hingga harga komoditas batu bara dan CPO.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani menyebutkan IHSG secara year to date saat ini terpantau cukup tertekan. Secara historikal terkhusus Maret, IHSG selalu ditutup positif dengan katalis dari rilis kinerja keuangan emiten.

“Tapi kalau ditarik ke momentum tahun lalu masih dalam tren bullish,” katanya saat ditemui di kantor Ajaib Sekuritas, Kamis (2/3/2023).

Momentum rilisnya laporan keuangan dan pembagian dividen memang menjadi katalis positif IHSG, namun tidak terlalu kuat untuk menopang IHSG ke posisi 7.000.

Hal itu terlihat dari indeks high dividend 20 yang memimpin penguatan jika dibandingkan dengan indeks LQ45. Indeks high dividen 20 ditutup berada di level 563 naik 0,60 persen pada perdagangan hari ini, sementara indeks LQ45 berada di level 947,15 atau naik sebesar 0,14 persen.

“Target 6.950. Sulit ke 7.000, katalis itu hanya pemanis,” lanjutnya.

Namun meski demikian pihaknya optimis IHSG di Maret akan dalam skenario bullish, ditopang oleh komoditas terutama batu bara dan CPO.

Menurut Chisty, pada musim laporan keuangan dan pembagian dividen seperti ini, saham-saham sektor perbankan dan energi terutama batu bara menjadi pilihan. Hal itu disebabkan kinerja kedua sektor ini di 2022 terlihat cemerlang.

Pada sektor perbankan, saham BBNI dan BBCA menjadi andalan, di sektor energi terdapat rekomendasi saham ADRO dan ITMG.

Selain itu ada multiplayer effect dari komoditas batu bara seperti emiten alat berat.

“Untuk alat berat, stock picks kami UNTR,” jelasnya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja melaporkan data inflasi sebesar 5,47 persen (year on year/yoy) pada Februari 2023. Sedangkan inflasi bulanan terealisasi sebesar 0,16 persen.

“Ini realisasinya turun periode bulanan, melandai. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mampu membuat ekonomi masih tumbuh. Seperti BI pertahankan suku bunga acuan 2 kali berturut-turut,” kata Chisty.

Chisty menjelaskan bahwa pasar selalu bergerak secara psikologis, dimana pelaku pasar akan merespon ketika momentum tersebut di luar perkiraan.

“Inflasi terjaga dilihat dari core inflation 3 persenan, kalau bicara historikal, Februari cenderung turun dibandingkan bulan sebelumnya. Tren inflasi harusnya turun,” imbuhnya. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini