Begini Cara AJB Bumiputera 1912 Hidup di Tengah Kasus Gagal Bayar

Bisnis.com,02 Mar 2023, 11:53 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Gedung AJB Bumiputera di kawasan elit Sudirman Jakarta. /Bisnis - Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 menjadi sorotan sekian lama. Perusahaan asuransi tertua di Indonesia tersebut telah mengalami defisit Rp2,9 triliun pada 31 Desember 1997. 

AJB Bumiputera 1912 juga bertahun-tahun tak bisa membayarkan klaim ke nasabahnya alias gagal bayar. Upaya penyehatan terus dilakukan sejak defisit, tetapi belum ada titik terang. 

Bahkan, pada 31 Desember 2018 Bumiputera mencatat defisit sebesar Rp20 triliun. Setahun kemudian, tunggakan klaim mencapai Rp4,2 triliun dan bertambah seiring risiko klaim sepanjang 2020 senilai Rp5,4 triliun. 

Lalu bagaimana Bumiputera bertahan hidup sampai sekarang, di sisi lain mereka juga masih memiliki karyawan yang membutuhkan gaji? 

Direktur Utama AJB Bumiputera 1913 Irvandi Gustari mengatakan perusahaan selama ini bertahan dengan aset yang dimiliki. 

“Aset finansial, obligasi, deposito masih ada,” kata Irvandi saat berkunjung ke Kantor Bisnis Indonesia, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2023). 

Tidak hanya itu, Irvandi menyebutkan ada beberapa kewajiban pembayaran yang tertunda. Seperti halnya, iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan. 

“Itu kami juga diberikan kelonggaran [untuk membayar iuran],” imbuhnya. 

Di sisi lain, AJB Bumiputera 1912 juga memiliki beberapa gedung kantor yang disewakan, hotel, dan saham. Kendati demikian, manajemen berencana untuk menjual beberapa aset untuk membayar klaim nasabah tahun ini. 

Mereka tengah mengumpulkan uang Rp2 triliun untuk membayar klaim nasabah dengan penjualan aset tersebut. Rencana tersebut masuk dalam Rencana Penyehatan Keuangan (RPK) perushaaan yang telah mendapatkan restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Adapun RPK tersebut disetujui oleh OJK setelah diajukan tujuh kali oleh manajemen AJB Bumiputera 1912. 

Beberapa aset yang akan dijual di antaranya Hotel Bumi Surabaya, saham di PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. (MREI), tanah di TB Simatupang, joint venture Gedung Wisma, dan Tanah Setiabudi.

Irvandi menjelaskan bahwa okupansi Hotel Bumi Surabaya terbilang lumayan, tetapi masih kurang untuk membayar klaim nasabah. Hal tersebut yang membuat pihaknya memilih untuk melepas aset tersebut. Sementara itu, untuk saham di MREI disebut tidak memberikan dividen selama beberapa tahun. 

“Kami transparan, kami punya saham di Marein, itu tidak ada dividen, jadi kenapa kita punya saham [kalau tidak ada keuntungan],” kata Irvandi. 

Menurut laporan keuangan MREI, AJB Bumiputera 1912 memiliki 14,84 persen saham MREI sampai dengan 30 September 2022. Persentase tersebut setara dengan 76,816,535 (76,81 juta) saham MREI.

Sisa Aset AJB Bumiputera 1912 

Dalam Laporan Keuangan AJB Bumiputera 1912 pada 2021, jumlah aset perusahaan mencapai Rp9,5 triliun yang terdiri dari investasi dan bukan investasi.  

Adapun aset invetasi berupa saham tercatat mencapai Rp353 miliar per 31 Desember 2021. Bangunan dengan Hak Strata atau Tanah dengan bangunan investasi mencapai Rp3,7 triliun.  Sementara itu, aset kas dan bank yang dimiliki AJB Bumiputera yakni Rp38 miliar pada 2021. 

Di sisi lain, jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan mencapai Rp23, 5 triliun pada 2021.  Kemudian, liabilitas yang ditanggung mencapai Rp12,3 triliun, di mana melonjak dari tahun sebelumnya yakni Rp9 triliun pada 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini