Menanti Gebrakan Bank Digital Baru Mayora hingga Superbank, Pesaing ARTO dan BBHI

Bisnis.com,02 Mar 2023, 07:35 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi bank digital. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Bank digital baru bermunculan seperti PT Bank Mayora besutan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Fama International Tbk. yang berganti nama jadi PT Super Bank Indonesia (Superbank). Bank baru ini akan meramaikan persaingan dengan bank digital lainnya yang telah lebih dahulu berkembang. 

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan Bank Mayora sebagai bank digital hadir melengkapi segmen pasar yang selama ini sulit disentuh BNI. "Bank Mayora ini kami arahkan masuk ke segmen pasar yang tidak gampang dimasuki dengan pasar konvensional," ujarnya dalam acara Economic Outlook 2023 pada Selasa (28/2/2023).

Segmen yang Royke maksud adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). "Segmen ini terlalu banyak dikerjain pihak tertentu dan terlalu mahal untuk kita jangkau. Dengan bank digital, operating cost rendah, jadi solusi bagi UMKM," katanya.

Sementara itu, segmen UMKM yang disasar oleh bank digital baru ini pun lebih spesifik menyasar pasar perkotaan.

Sebelumnya, dalam upaya memuluskan langkah awal Bank Mayora sebagai bank digital, BNI sebagai pemilik saham telah menunjuk jajaran manajemen baru dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Mayora awal tahun ini (6/1/2023).

Manajemen baru Bank Mayora ini diisi oleh kombinasi profesional dan ahli dengan latar belakang perbankan, startup business, hingga financial technology (fintech).

Ke depan, Bank Mayora juga bersiap melakukan rebranding atas perubahan nama dan logo yang akan diumumkan kepada publik.

Selain itu, Bank Fama telah resmi mengganti namanya menjadi Superbank pada bulan lalu (20/2/2023). Direktur Utama Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan perubahan nama dari Bank Fama menjadi Superbank menegaskan bahwa perseroan telah bertransformasi menjadi bank dengan layanan berbasis digital.

"Kami sangat antusias dengan perubahan nama menjadi Superbank yang merupakan tonggak penting perjalanan kami menjadi bank dengan layanan berbasis digital," katanya dalam keterangan tertulis pada bulan lalu (20/2/2023).

Superbank sendiri telah ancang-ancang menghadapi ketatnya persaingan bank digital. Oleh karena itu, Superbank akan mengandalkan ekosistem yang meliputi Grup Emtek, Grab, hingga Singtel.

Berdasarkan struktur pemegang sahamnya, Emtek melalui PT Media Visitama memiliki porsi saham di Superbank sebesar 62,76 persen. Sementara itu, A5-DB-Holdings dan Singtel menggenggam 16,26 persen saham.

Emtek memiliki ekosistem yang luas melalui jaringan media hingga e-commerce, Grab dengan ekosistem ride-hailing, sementara Singtel memiliki jam terbang tinggi di industri telekomunikasi.

"Dengan memanfaatkan berbagai aset data, teknologi, dan jaringan yang kuat dari ekosistem itu, kami percaya kami memiliki pondasi yang kokoh untuk menawarkan sesuatu yang berbeda di pasar," ujar Tigor.

Selain mengandalkan ekosistem, Superbank akan fokus menggarap segmen UMKM, sama seperti Bank Mayora. "Inilah yang menjadi target pasar utama kami. Dengan meningkatkan akses finansial ke segmen ini, kami dapat mendukung produktivitas mereka sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Tigor.

Selain kedua bank digital itu, perusahaan fintech asal Hongkong WeLab Sky Limited siap meluncurkan bank digital baru di Indonesia tahun ini. Pada tahun lalu, WeLab Sky Limited bersama PT Astra International Tbk. (ASII) melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial telah mengakuisisi PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) dengan nilai akuisisi mencapai US$500 juta.

Bank hasil akuisisi inilah yang akan ditransformasikan menjadi bank digital. Founder dan Group CEO WeLab Simon Loong mengatakan bank digital baru itu nantinya akan mengandalkan ekosistem yang luas di Astra. 

Bank digital besutan WeLab dan Astra bakal memiliki perbedaan signifikan dengan bank digital lainnya yang sudah ada di Indonesia terutama karena terhubung dengan seluruh ekosistem finansial Astra dan ekosistem secara keseluruhan Astra.

Persaingan Ketat

Bank Mayora hingga Superbank akan menghadapi persaingan ketat dengan bank digital lainnya yang sudah terlebih dahulu berkembang, seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) hingga PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).

"Persaingan akan ketat. Mereka masih akan berdarah-darah dan bakar-bakar uang untuk bisa menarik nasabah baru baik dari sisi funding maupun lending," kata Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin.

Bank digital seperti Bank Jago dan Allo Bank pun mempunyai ekosistem yang mumpuni untuk bersaing. Bank Jago mempunyai ekosistem online PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO). GOTO merupakan salah satu pemegang saham ARTO dengan kepemilikan 21,4 persen saham.

Sementara Allo Bank mempunyai ekosistem CT Corp selaku pemegang saham strategis perseroan. Melalui CT Corp ini Allo Bank bisa terintegrasi dengan Transmart. Tahun lalu, Allo Bank juga gencar berkolaborasi dengan XXI hingga Indomaret dalam memperkuat ekosistem offline.

Bank digital besutan Chairul Tanjung ini juga mengandalkan ekosistem online di PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) atau Bukalapak. Berdasarkan data komposisi kepemilikan saham, Bukalapak merupakan salah satu pemegang saham Allo Bank dengan porsi 11,50 persen.

Selain Bank Jago dan Allo Bank, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) mempunyai ekosistem yang tak kalah mumpuni di PT Akulaku Silvrr Indonesia, entitas yang terafiliasi Grup Alibaba. Akulaku tercatat menjadi pemilik saham pengendali BBYB dengan porsi kepemilikan 25,66 persen.

Ekosistem Akulaku akan semakin kuat seiring dengan langkah konglomerasi keuangan asal Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (MUFG) suntikan modal baru senilai US$200 juta atau sekitar Rp3,1 triliun.

Berdasarkan pemberitaan Bisnis sebelumnya, investasi MUFG di Akulaku juga akan menempatkan kepemilikan tidak langsung MUFG atas BBYB sebesar 3,5 persen.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini