Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan peer to peer (P2P) lending, Restock.id, menghubungkan para pengusaha lokal di rantai nilai industri kreatif Bandung dan Jawa Barat melalui event gathering dan networking, yang berisi kegiatan business community networking bersama 200 brands owners dan talkshow untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan di industri kreatif.
Acara yang bertajuk ‘Reconnect by Restock.id : Business Maximalism in 2023’ tersebut menghadirkan Tiar N. Karbala CEO Restock.id, Rizki Fahrurrozi CEO Boleh Dicoba Digital, Benny Sudaryanto CEO Revota.id, Putera Dwi Kurnia COO bro.do, San Teresia Penglipurati Creative Director Nah Project, Ben Wirawan CEO Torch.id, M. Audi Vialdo CRO Restock.id, dan Kuseryansyah Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia/AFPI.
“Acara ini diperuntukkan agar client dari Restock.id dapat berkumpul dan berbagi informasi, edukasi, sampai ke networking satu sama lainnya. Saat ini Restock.id telah melakukan partnership dengan Revota, sebuah perusahaan data sistem, yang telah bergabung ke dalam grup holding Restock.id yaitu Restock Tech, sebagai solusi bagi kebutuhan data sistem bagi para entrepreneur atau UMKM,” jelas Chief Risk Officer (CFO) Restock.id, M. Audi Vialdo, seperti dikutip, Jumat (3/3/2023).
Acara yang disertai talkshow tersebut terbagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama bertema Introduction to Fintech and How Data Can Help Business to Grow, dengan pemateri Tiar N. Karbala dan Benny Sudaryanto. Pada sesi ini, pemateri memperkenalkan dan menjelaskan manfaat industri fintech, dan manfaat dari penggunaan data sistem.
Data adalah hal yang sangat penting dalam membuat keputusan, terutama dalam bisnis. Jadi, jika tidak memiliki data, tidak memiliki dasar untuk membuat keputusan yang baik. Dalam bisnis, data dapat membantu untuk memahami pelanggan, memperbaiki produk dan layanan, memperhitungkan risiko, dan membuat keputusan yang cerdas dan terinformasi.
“Data sangat penting untuk keberhasilan bisnis, dan jika kamu tidak memiliki data, kamu akan kesulitan untuk membuat keputusan yang tepat dan mencapai tujuan bisnis kamu" ujar Benny Sudaryanto, Founder dan CEO revota.
Sesi kedua yang bertema Time for Business to Scale Up or Down?, dengan pemateri Ben Wirawan dan Putera Dwi Karunia, membahas mengenai bisnis outlook 2023, dan mengungkap beberapa isu yang beredar, diantaranya isu resesi dan bagaimana strategi yang dirancang oleh para brand owners. Para pemateri berbagi pengalaman tentang strategi yang pernah mereka ambil pada saat pandemi.
“Terbukti pada saat pandemi lalu, bahwa kemampuan mengelola data, menjadi suatu hal yang sangat penting bagi setiap brand. Brand harus mampu mengidentifikasi dengan cepat -pasar mana yang daya belinya menurun dan pasar mana yang sebenarnya masih tumbuh. Menyiapkan produk-produk yang relevan di kanal-kanal penjualan yang tepat, telah berhasil membuat Torch.id membukukan pertumbuhan positif di 2020. Itu yang dilakukan pada saat pandemi, itu pula yang akan dilakukan ketika tingkat inflasi naik,” ujar Ben Wirawan, Founder dan CEO Torch.id.
Sesi terakhir mengangkat tema Digital Marketing in the Red Ocean: How Business Can Thrive. Pemateri Rizki Fahrurrozi dan San Teresia Penglipurati, membahas strategi digital marketing yang perlu diterapkan dari sisi digital oleh para brand owners, juga perlunya melakukan branding agar mendapatkan positioning yang tepat dengan audience. Para pemateri di sesi ini menceritakan pengalaman dalam melakukan aktivitas digital marketing dan branding selama ini.
“Untuk bisa terus survive di bidang ini, usahakan untuk tetap berhubungan dengan customer dan selalu berinovasi untuk mereka, tetap beradaptasi dengan tren yang ada, dan selalu berusaha supaya kita menjadi pilihan yang lebih baik dari pesaing-pesaing kita,” papar San Teresia Penglipurati, Creative Director dari Nah Project.
Sementara itu, Kuseryansyah, Direktur Eksekutif AFPI menjelaskan bahwa peran fintech peer to peer (P2P) lending atau fintech pendanaan bersama di Indonesia yang seiring dengan revolusi industri 4.0, mengubah perilaku masyarakat menjadi semakin dekat dengan keuangan finansial digital.
“Dapat kami sampaikan, adanya kesenjangan pembiayaan hingga Rp1.650 triliun untuk sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Inilah yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi fintech pendanaan bersama, saat kebutuhan pembiayaan tersebut tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, dan tentu Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu wilayah yang termasuk dalam himpunan data tersebut,” ujar Kuseryansyah.
Menurutnya, hingga saat ini, Fintech Pendanaan Bersama telah menyalurkan pinjaman dana sebesar Rp133 triliun secara akumulatif, yang disalurkan dari 202 ribu pemberi pinjaman atau lender kepada 22,55 juta penerima pinjaman atau borrower di Jawa Barat, dengan status pinjaman yang outstanding adalah Rp13,23 triliun.
Penyaluran Fintech Pendanaan Bersama di Jawa Barat mendominasi sebesar 25% dari total penyaluran di Indonesia. Angka penyaluran regional ini diharapkan terus berkembang ke arah yang positif sesuai dengan semangat literasi dan inklusi keuangan yang melekat pada produk fintech pendanaan bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel