Depo Plumpang Pertamina Kebakaran, Ini Sejarah Kawasan Plumpang

Bisnis.com,04 Mar 2023, 03:14 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora
Aktivitas pengisian truk tangki untuk distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Depo BBM Pertamina di Plumpang, Jakarta, Senin (4/5/2020)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kawasan depo Pertamina di Plumpang di Jakarta Utara mengalami kebakaran dan menyebabkan banyak kerugian yang belum bisa dihitung.

Depo Pertamina Plumpang sempat dinobatkan menjadi tangki penyimpanan BBM terefisien di dunia, setelah Aramco Terminal. Depo Plumpang ini bisa melayani sekitar 700 SPBU.

Depo Plumpang Pertamina mulai pada 1974, dengan kapasitas kapasitas tangki timbun sebesar 291.889 kiloliter. Dalam catatan Bisnis, kilang ini memiliki sedikitnya 23 tangki timbun yang menyalurkan Premium, Solar, Pertamax, dan Pertamax+.

Depo Plumpang yang berdiri di atas lahan seluas 48,35 hektare pernah mengalami kebakaran besar pada 2009. Saat itu, kobaran api sempat sulit untuk dipadamkan sepanjang malam.

Dalam catatan Bisnis, rincian kapasitas tangki serta jenis BBM Plumpang terdiri dari
8 tangki untuk jenis Premium dengan kapasitas total 106.781 KL
5 tangki untuk jenis Solar dengan kapasitas total 58.969 KL
5 tangki untuk jenis Pertamax dengan kapasitas 53.935 KL
2 tangki untuk jenis Pertamax+ dengan kapasitas 11.048 KL
1 tangki untuk jenis Pertamina Dex dengan kapasitas 9.461 KL
2 tangki untuk jenis fame dengan kapasitas 21.558 KL

Bagaimana asal usul nama Plumpang?

Dalam berjudul 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe karya
Zaenuddin HM, menyebutkan bahwa Plumpang adalah nama desa di Tuban, Jawa Timur. Desa yang punya kisah terkait dengan beberapa tokoh pewayangan.

Nama Plumpang juga ada di Jakarta Utara. Buku tersebut menyebutkan bahwa sebagian orang yang tinggal di Plumpang Jakarta Utara adalah orang-orang yang merantau dari Plumpang, Tuban.

Versi yang beda lagi menyebutkan bahwa tempat yang dinamai Plumpang itu pada masa kolonial Belanda adalah daerah pertanian. Sebab, penduduk setempat menanam pohon padi dan memanennya sendiri.

Pada masa penjajahan, masyarakat belum memiliki alat pertanian yang canggih untuk memisahkan gabah dari jerami, sehingga mereka membuat 'alu' atau palu yang bentuknya panjang besar terbuat dari kayu dan 'lumpang' yang bentuknya bulat agak kotak, berlubang dan juga terbuat dari kayu.

Konon, nama Plumpang berasal dari gabungan kata 'alu' dan 'lumpang' yang kemudian menjadi disebut Plumpang sampai sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini