Silicon Valley Bank Kolaps, Bisa Picu Krisis Keuangan Global 2008?

Bisnis.com,12 Mar 2023, 15:16 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Parkiran salah satu cabang Silicon Valley Bank/bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Krisis keuangan global seperti tahun 2008 silam disebut-sebut berisiko kembali muncul setelah Silicon Valley Bank (SVB), salah satu bank terbesar di Amerika Serikat, ambruk.

SVB kolaps setelah saham bank ini anjlok 66 persen dan gagal mendapatkan tambahan dana sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam. Kejadian ini juga membuat SVB ditutup oleh otoritas berwenang di California, Amerika Serikat (AS) pada Jumat (10/3/2023).  

Gejolak pada SVB dimulai sejak Rabu pekan lalu, saat bank ini mengumumkan kerugian besar dalam penjualan sekuritas. Akibatnya, kekhawatiran muncul di antara perusahaan modal ventura, yang sebelumnya menyarankan perusahaan untuk menarik seluruh uang dari SVB.

“Penurunan ini disebabkan para deposan menarik uang mereka secara tiba-tiba dan cepat sehingga bank bangkrut dan penurunan interday tidak dapat dihindari akibat penarikan besar-besaran itu,” kata Chief Executive Officer (CEO) Better Markets Dennis M. Kelleher.

SVB sedikitnya memiliki total aset US$209 miliar atau sekitar Rp3.197,7 triliun (estimasi kurs Rp15.300 per dolar AS) dan total deposito sekitar US$175,4 miliar atau Rp2.683,62 triliun. Jumlah ini terhitung per 31 Desember 2022.

Dengan dana jumbo yang tersimpan dan status sebagai bank dengan penyalur pinjaman utama pada banyak perusahaan rintisan, runtuhnya SVB diperkirakan mampu memberikan dampak panjang serupa krisis keuangan global tahun 2008 silam. 

Penyebab krisis subprime mortgage 2008

Adapun krisis keuangan 2008 dipicu oleh subprime mortgage atau KPR yang disalurkan kepada debitur dengan profil risiko tinggi. Akhirnya, hal itu membuat kredit macet di sektor properti melambung dan memberikan efek domino yang sangat besar. 

Satu perusahaan raksasa yang ambruk kala itu adalah Lehman Brothers. Kejatuhan bank investasi nomor empat AS yang berusia 158 tahun tersebut dan sejumlah perusahaan lain membuat damapk buruk tersebar sangat cepat. Transaksi finansial lintas batas negara juga ikut terganggu.

AS mencatat kebangkrutan Lehman Brothers adalah yang terbesar sepanjang sejarah negara tersebut. Bank ini memiliki total utang US$613 miliar dan aset US$639 miliar. Kejatuhan besar lainnya adalah Worldcom Inc dengan aset US$126 miliar dan Enron Corp beraset US$81 miliar.

Kebangkrutan Lehman dipicu ketidakmampuan melunasi kewajiban sekitar US$60 miliar, milik anak perusahaan, yang kemudian menyebar ke seluruh lini bisnis.

Otoritas keuangan di AS akhirnya terpaksa menyuntikkan dana US$70 miliar ke pasar keuangan untuk menjaga stabilitas likuiditas lembaga keuangan.

Tidak hanya di AS, krisis 2008 atau dikenal dengan krisis subprime mortgage itu juga menyebar ke benua lain. Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) juga menyuntikkan dana US$99,4 miliar ke pasar. Selain itu, Bank of England menggelontorkan US$35,6 miliar, Swiss National Bank menyiapkan dana US$7,2 miliar, dan Bank of Japan menyiram US$24 miliar.

Suntikan dana itu bertujuan mencegah kehancuran lebih besar. Pasalnya kejatuhan perusahaan keuangan raksasa akan memberikan reaksi berantai yang tidak kalah jumbo. 

Pasalnya dalam situasi panik, para investor kerap memilih menarik dana investasi, yang otomatis membuat bank membutuhkan uang tunai dalam waktu cepat. Oleh karena itu suntikan dana dari bank sentral bertujuan menjaga transaksi bisnis, seperti pembiayaan perdagangan lintas batas.

Dalam kasus bangkrutnya SVB, Menteri Keuangan AS Janet Yellen segera turun tangan untuk mengatasi masalah, yang dikhawatirkan berdampak sistemik ke industri keuangan dan startup. Regulator AS juga bergegas menyita aset SVB setelah dinyatakan kolaps. 

Oleh karena itu, otoritas AS secara resmi mengambil alih bank tersebut dan mempercayakan pengelolaannya kepada badan AS yang bertanggung jawab untuk menjamin simpanan, yakni Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

Menteri Keuangan AS Janet Yellen memanggil beberapa regulator sektor keuangan bersama pada hari Jumat untuk membahas situasi tersebut.

Yellen mengingatkan mereka bahwa dia memiliki kepercayaan penuh pada kemampuan regulator keuangan untuk mengambil tindakan secara tepat dan menunjukkan bahwa sektor perbankan di Negeri Paman Sam tersebut tetap tangguh. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini