Bisnis.com, JAKARTA — First Republic Bank (FRC.N) berada di bawah tekanan usai Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan bangkrut. Pasalnya harga saham First Republic Bank sempat tergerus 52 persen pada awal perdagangan waktu setempat Jumat (10/3/2023).
Para nasabah pun khawatir kejadian yang menimpa SVB akan terjadi pada First Republic. Sebagaimana diketahui SVB kolaps dalam 48 jam karena kekurangan modal seiring dengan kejatuhan harga sahamnya.
Melansir Reuters, di hari yang sama, manajemen First Republic Bank memastikan bahwa likuiditas dan simpanan mereka berada pada level yang terjaga. Pernyataan tersebut disampaikan guna meredam kekhawatiran investor akan efek domino dari bangkrutnya SVB.
Manajemen First Republic Bank diketahui mengambil langkah tersebut usai regulator perbankan Amerika Serikat menutup SVB yang memicu kekhawatiran krisis likuiditas hingga memukul saham bank dan mengguncang pasar global.
Kendati demikian, langkah seribu yang diambil First Republic rupanya tidak berdampak banyak. Sejumlah nasabah First Republic pada Minggu (12/3/2023) dikabarkan berbondong-bondong mulai menarik dana simpanannya.
Lini media massa mulai dibanjiri oleh potret warga AS yang dilanda kepanikan. Akun Dr_PhillipB misalnya yang turut membagikan penggalan vidio yang menampilkan momen langka saat bank banjir nasabah di akhir pekan.
"Saya belum pernah melihat bank beroperasi di Brentwood Los Angeles selama lebih dari 40 tahun, ini adalah yang pertama. Orang - orang bahkan rela antri di tengah hujan," cuitnya, Minggu (12/3/2023).
Adapun Silicon Valley Bank adalah bank terbesar ke-16 di AS yang memiliki spesialisasi dalam pembiayaan start up dan telah menjadi salah satu bank terbesar di AS berdasarkan ukuran aset.
Pada akhir tahun 2022, SVB memiliki aset sebesar US$209 miliar ekuivalen Rp3.197,7 triliun (estimasi kurs Rp15.300 per dolar AS) dan sekitar US$$175,4 miliar atau Rp2.683,62 triliun dalam deposito.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen optimis bahwa pihaknya mampu menangani serta mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga sektor perbankan dapat tetap tangguh.
Adapun, di pasar keuangan, gerakan panik dimulai pada hari Kamis, setelah SVB mengumumkan bahwa pihaknya tengah berupaya untuk mendapatkan modal dengan cepat untuk mengatasi penarikan besar-besaran pelanggannya. Portofolio SVB mencapai US$21 miliar atau sekitar Rp321,3 triliun, dan mengalami kerugian $1,8 miliar atau sekitar US$27,54 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel