Bisnis.com, JAKARTA – Obral besar-besaran yang dilakukan Grup BlackRock terhadap saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) akhirnya rampung di pengujung Februari lalu. Kendati badai telah lewat, pengaruh aksi bongkar muatan oleh perusahaan manajemen aset terbesar di dunia itu terindikasi belum lenyap.
Sebaliknya, setelah-diobral BlackRock, tekanan jual dari investor publik terindikasi masih kuat. Hal ini tergambar dari kenaikan frekuensi beserta penurunan harga kesepakatan rata-rata pada transaksi saham ARTO di pasar reguler.
Sepanjang 8 hari perdagangan awal bulan ini (1-10 Maret 2023), saham ARTO ditransaksikan pada pasar reguler dengan frekuensi 430 juta lembar. Untuk pembanding, angka ini jauh lebih besar dari transaksi pada 8 hari perdagangan awal di bulan Desember 2022 (150 juta lembar), Januari 2023 (120 juta lembar), ataupun Februari 2023 (170 juta lembar).