Jelang Pemilu, Peritel dan Ekonom Minta Pemerintah Tak Lagi Ancam Resesi

Bisnis.com,14 Mar 2023, 19:01 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Ilustrasi resesi global. Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA – Peritel dan ekonom sepakat meminta kepada pemerintah untuk tidak lagi menggembar-gemborkan ancaman resesi untuk menjaga keyakinan dalam belanja masyarakat. 

Pengamat Ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo optimistis bahwa tidak ada resesi di Indonesia berkaca dari pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 5 persen. 

“Kami minta ke pemerintah untuk setop bahwa akan ada resesi karena itu tidak terjadi di Indonesia,” ujarnya dalam Indonesia’s Economic and Political Outlook 2023 yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (14/3/2023). 

Dirinya juga memastikan konsumsi masyarakat akan semakin pulih seiring adanya pemilu meski di bawah tekanan ekonomi saat ini. Meski demikian, konsumsi berpotensi lebih naik lagi bila masyarakat membelanjakan uangnya yang disimpan selama pandemi Covid-19. 

Yongky menyoroti jumlah simpanan Indonesia yang semakin tinggi sepanjang tahun yang artinya banyak masyarakat menahan diri untuk membelanjakan uangnya. 

Dalam paparannya, Yongky menyebutkan pertumbuhan simpanan Indonesia pada Januari 2022 naik lebih dari 20 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).

“Menjelang Pemilu 2024 harapannya konsumsi akan semakin bertambah. Bila melihat pertumbuhan simpanan Indonesia pada 2022 itu sudah double digit,” tambahnya.  

Pada kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan benar adanya bahwa satu tahun menjelang pemilihan umum (Pemilu) atau pada 2023 ekonomi global diprediksi akan tumbuh lebih lambat. 

Hal yang menjadi tantangan bagi pemerintah yaitu bagaimana menjaga tingkat konsumsi rumah tangga masyarakat di bawah bayang-bayang resesi. 

Faktanya, melihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa ekonomi Indonesia berhasil tumbuh pada level 5,31 persen pada 2022. 

Untuk itu, Andry meminta pemerintah untuk tidak terus berbicara terkait resesi karena dikhawatirkan akan membuat masyarakat semakin enggan membelanjakan uangnya dan membuat ekonomi lesu. 

“Jika pemerintah atau pemimpin lainnya selalu membicarakan resesi, sementara faktanya Indonesia tidak mengalami resesi, itu akan membuat konsumen unconfidence,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini