Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) memastikan neraca keuangan perseroan masih dalam kondisi likuid di tengah kabar sejumlah bank Amerika Serikat (AS), salah satunya Silicon Valley Bank (SVB) mengalami kebangkrutan akibat tergerus suku bunga tinggi The Fed.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menjelaskan bahwa sebagai upaya menyikapi peristiwa yang tengah bergulir, pihaknya akan senantiasa mengkaji perkembangan sekaligus menjalin koordinasi dengan otoritas dan regulator terkait.
"Salah satu faktor kegagalan SVB adalah penempatan dana di obligasi jangka panjang yang nilainya turun tajam ketika tren suku bunga terus meningkat. Hal ini memperkuat pandangan kami bahwa bank perlu senantiasa menjaga keseimbangan likuiditas," jelas Hera kepada Bisnis, Selasa (14/3/2023).
Hera menambahkan profil aset BCA secara keseluruhan tercatat sebesar 47 persen dari aktiva produktif memiliki tenor kurang dari satu tahun.
Kemudian, dia mengatakan sebanyak 33 persen di antaranya akan jatuh tempo sekitar satu hingga lima tahun.
"Sementara itu, sekitar 17 persen dari aktiva produktif BCA ditempatkan dalam Surat Berharga Negara (SBN) dengan jangka waktu kurang dari 5 tahun (jangka pendek) dengan imbal hasil yang kompetitif," pungkasnya.
Menariknya, di tengah pasar surat utang tanah air yang mengalami tekanan akibat kenaikan suku bunga agresif The Fed, BBCA justru mencatat kenaikan dana yang ditempatkan dalam surat berharga mencapai Rp256,0 Triliun per Desember 2022, atau tumbuh 10,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Perseroan mencermati bahwa penempatan dana pada instrumen surat berharga sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan serta mendukung perekonomian nasional.
Di samping itu, penempatan dana pada surat berharga juga dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae juga menjelaskan bahwa penutupan Silicon Valley Bank (SVB) diperkirakan tidak berdampak langsung terhadap perbangkan RI.
Perkiraan OJK tersebut disandarkan pada landasan bahwa secara umum bank AS dan industri perbankan nasional memiliki perbedaan yang cukup menonjol.
Salah satunya, sejumlah bank umum di Indonesia tidak memberikan kredit dan investasi pada perusahaan startup maupun kripto.
"Oleh karena itu, OJK mengharapkan agar masyarakat dan industri tidak teroenaruh terhadap berbagai spekulasi yang berkembang di kalangan masyarakat," pungkas Dian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel