Bisnis.com, JAKARTA — PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menilai fenomena peningkatan asuransi kredit diakibatkan pemain industri yang kurang mengelola manajemen risiko dengan baik.
Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat mengatakan sejak awal 2009–2010 hingga Covid-19, perekonomian Indonesia tidak mengalami permasalahan atau dalam keadaan baik. Hal itu, kata Delil, membuat industri dimanjakan oleh situasi makro yang baik dan stabil yang menyebabkan industri menjadi goyah dan kurang fokus.
“Industri dimanjakan oleh situasi makro yang baik dan stabil, ini membuat kita lebih rileks dan agak kurang fokus, jadi mulai kurang di sana-sini,” kata Delil dalam sesi diskusi terbatas, Selasa (14/3/2023).
Namun, saat keadaan mulai berbalik, tepatnya saat Indonesia mulai dihantam Covid-19, sejumlah kekurangan di setiap industri —termasuk industri perasuransian— menguap.
“Pas kita kena hit [terkena] Covid-19, kebuka semua kelemahan-kelemahan kita yang ternyata secara fundamental kita ngga kuat di underwriting, seleksi risiko, pengelolaan risiko, risk management, terutama di asuransi kredit,” lanjutnya.
Delil mengatakan bahwa asuransi kredit memiliki nature yang sangat berbeda dari portofolio yang lain yang biasa dikelola oleh industri asuransi umum.
“[Asuransi] kredit itu jangka panjang, tapi asuransi umum lainnya itu jangka pendek. Kalau asuransi kredit mengikuti panjangnya tenor pinjaman,” ujarnya.
Maka dari itu, Delil meminta kepada setiap industri untuk bersama-sama memperbaiki risk management ke depan.
“Kita lupa untuk memperkuat pagar-pagarnya sehingga ketika Covid-19 datang, kelemahan kita kelihatan dan itu yang harus kita perbaiki ke depannya,” tandasnya.
Indonesia Re optimistis perusahaan dapat mengalami pertumbuhan kinerja pada 2023 meski dibayangi situasi hard market, resesi global, hingga kolapsnya SVB Financial Group atau Silicon Valley Bank (SVB).
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu menuturkan bahwa situasi hard market, terutama untuk perusahaan reasuransi terjadi karena adanya kapasitas terbatas, namun permintaan (demand) tinggi yang akan menimbulkan harga melesat.
Kendati demikian, jika dilihat secara nasional, Benny mengatakan kondisi makro ekonomi di indonesia membaik. Di samping itu, baik pemerintah maupun pemain di industri keuangan juga optimistis perekonomian Indonesia akan tumbuh.
“Indonesia Re sebagai leading re-insurance yang dimiliki pemerintah, kami melihat banyak sisi positif, semua perbaikan pasti kita akan lakukan walaupun pasca Covid-19 itu butuh penguatan dan perbaikan untuk kita bisa kuat lagi ke depannya. Kita masih melihatnya masih positif ke depan, optimis kita melihatnya,” ujar Benny dalam sesi diskusi terbatas pada Selasa (14/3/2023).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel