Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berancang-ancang agar kasus bangkrutnya bank besar asal Amerika Serikat (AS) Silicon Valley Bank (SVB) tidak merembet ke perekonomian Indonesia.
"Jangan sampai kasus dari SVB dan Signature Bank atau yang lain bawa efek sentimen negatif di region ini, mudah-mudahan dampaknya tidak sebesar krisis ekonomi 2008," katanya dalam acara Maybank Indonesia Economic Outlook 2023 pada Rabu (15/3/2023) di Jakarta.
Menurut Airlangga, kasus bangkrutnya SVB bisa menjadi pembelajaran bagi perekonomian Indonesia, terutama di sektor perbankan. "Yang ajaib-ajaib ini ternyata jatuh juga. Ini karena over asset yang lebih tinggi di sektor digital," katanya.
Di sisi lain, Airlangga mengatakan kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih solid. Menurutnya, potensi terjadinya resesi di Indonesia hanya 3 persen.
"Berdasarkan data, 97 persen kemungkinan resesi tidak mampir di Indonesia. Jadi optimisme penting termasuk indeks keyakinan konsumen," katanya.
Sebagaimana diketahui, SVB dilaporkan bangkrut pada Jumat (10/3/2023) usai gagal mengumpulkan dana tambahan sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam.
Bangkrutnya SVB terimbas kenaikan suku bunga secara agresif. Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sejak tahun lalu untuk menekan lonjakan inflasi. Kenaikan suku bunga merupakan momok menakutkan bagi perusahaan rintisan.
Pemodal berpaling untuk menambah investasi di startup. Akibatnya, perusahaan menarik dananya di SVB untuk memenuhi likuiditas.
Bank yang didirikan pada 1983 itu memang memiliki spesialisasi pembiayaan ke startup berbasis teknologi. Portofolio separuhnya dialokasikan ke startup dan layanan kesehatan Amerika.
Sebelum bangkrutnya SVB, Silvergate Capital Corp., juga telah mengatakan akan melikuidasi banknya yang menyimpan dana kripto sebagai imbas dari kehancuran industri kripto.
Kepanikan di industri keuangan AS tidak berhenti di situ, sebab regulator bank AS kemudian mengumumkan penutupan Signature Bank pada Minggu (12/3/2023). Gelombang sinyal bank runs kemudian menjadi ancaman baru bagi perbankan AS.
“Para deposan menarik uang mereka secara tiba-tiba dan cepat sehingga bank bangkrut dan penurunan interday tidak dapat dihindari akibat penarikan besar-besaran itu,” kata Chief Executive Officer (CEO) Better Markets Dennis M. Kelleher.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel