Masalah Credit Suisse Menguar, Wall Street pun Ditutup Beragam

Bisnis.com,16 Mar 2023, 07:20 WIB
Penulis: Newswire
Gedung kantor Credit Suisse Group AG pada malam hari di Bern, Swiss, pada Rabu (15/3/2023). Bank sentral dan regulator keuangan Swiss mengatakan Credit Suisse Group AG akan menerima bantuan likuiditas jika diperlukan untuk memulihkan kepercayaan terhadap bank setelah sahamnya merosot ke level terendah sepanjang masa./Bloomberg-Stefan Wermuth

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street ditutup beragam pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB, usai masalah Credit Suisse memantik kekhawatiran krisis perbankan.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,87 persen menjadi 31.874,57 poin. Indeks S&P 500 merosot 0,7 persen menjadi 3.891,93 poin. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 5,90 poin ditutup di 11.434,05 poin.

Melansir Antara, dari 11 sektor utama S&P 500 berada di zona merah dengan sektor energi berkinerja terburuk dengan penurunan 5,42 persen.

Indeks acuan mendapatkan kembali kekuatan pada akhir perdagangan setelah Bloomberg melaporkan pemerintah Swiss sedang mengadakan pembicaraan tentang opsi untuk menstabilkan raksasa perbankan negara itu.

"Kami melihat pergerakan pada berita utama tetapi bukan berita utama yang parah yang bagus. Saya tidak berpikir kita berada pada tahap 2008-2009 dengan cara apa pun dalam hal penularan," kata co-manager perdagangan Themis Trading, Joe Saluzzi dikutip dari Antara (16/3/2023).

Menurutnya masalah Credit Suisse menambah tekanan pada sektor perbankan setelah otoritas AS membebaskan investor dengan tindakan darurat untuk mencegah penularan setelah runtuhnya SVB Financial and Signature Bank.

Beberapa investor percaya kenaikan suku bunga AS yang agresif oleh Federal Reserve menyebabkan keretakan dalam sistem keuangan.

"Mereka telah memperketat pada tingkat yang paling curam dan paling dramatis yang telah kita lihat sejak 1980, jadi saya pikir ini bisa menjadi kesempatan bagi mereka untuk berhenti," kata CIO Cresset Capital, Jack Ablin.

Saham Credit Suisse yang tercatat di AS mencapai rekor terendah, setelah investor terbesarnya mengatakan tidak dapat memberikan lebih banyak pembiayaan kepada bank, memulai kekalahan di pemberi pinjaman Eropa dan juga menekan bank-bank AS.

"Pemantulan kembali kemarin di saham keuangan, bank, masuk akal, tetapi semacam faktor utama di sini adalah hilangnya kepercayaan dan benar-benar ketakutan akan hal yang tidak diketahui," kata CEO Adams Funds dan manajer portofolio senior Mark Stoeckle.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pandu Gumilar
Terkini