Mandi Malam Sebabkan Rematik, Mitos atau Fakta? Ini Kata Ahli

Bisnis.com,17 Mar 2023, 21:02 WIB
Penulis: Choirul Anam
Ketua Prodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dimas Sondak Irawan./Istimewa

Bisnis.com, MALANG — Mandi malam yang kerap dipercayai dapat menyebabkan rematik ternyata hanyalah mitos.

Ketua Prodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dimas Sondak Irawan, menegaskan para ahli kesehatan sudah menyatakan bahwa hal tersebut adalah mitos. “Kenyataannya, rematik dapat terjadi karena adanya peradangan sendi yang disebabkan oleh hormonal, genetik maupun traumatik,” katanya, Jumat (17/3/2023). 

Dimas, sapaan akrabnya, juga menjelaskan hal lain terkait mitos dan fakta kesehatan yang berkembang di masyarakat. Mulai dari fakta bahwa tulang yang patah bisa menyambung sendiri hingga mitos membunyikan sendi (clicking) sehingga berbunyi ‘krek’ bisa menyebabkan pengapuran sendi.

“Bunyi krek yang disebut dengan popping tidak berbahaya dan bukan penyebab pengapuran sendi, kecuali jika terjadi popping terdapat rasa nyeri bisa dikatakan terdapat indikasi,” ungkapnya

Sedangkan traksi dalam dunia kesehatan dapat menambah tinggi badan, dia meyakinkan, merupakan sebuah fakta. Saat seseorang melakukan continues lumbal traksi selama 25 menit, bisa meningkatkan 8,60 mm tinggi badan. Namun pertambahan tinggi badan itu hanya bertahan selama sepuluh menit. 

Sedang terkait orang sering membawa tas berat bisa menyebabkan skoliosis merupakan, dia menegaskan, benar adanya. Namun hal tersebut hanya menyebabkan skoliosis non struktural, bukan skoliosis struktural. 

“Miskonsepsi terkait permasalahan kesehatan bisa terjadi di masyarakat karena adanya kebiasaan dan juga budaya yang berkembang di Indonesia. Oleh karena itu, para ahli kesehatan dan calon ahli kesehatan harus memberikan edukasi yang jelas dan baik kepada mereka sehingga miskonsepsi di masyarakat tidak terus berlanjut,” ujarnya.(K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini