Joe Biden Yakin Krisis Rembetan Silicon Valley Bank AS Mulai Mereda

Bisnis.com,18 Mar 2023, 15:30 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tiba di bandara militer di Warsawa, Polandia 20 Februari 2023. Evan Vucci/Pool via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan krisis perbankan yang tengah melanda AS dalam sepekan karena bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) hingga Signature Bank telah mereda.

Pada Jumat (17/3/2023), Biden ditanya oleh sejumlah wartawan di Gedung Putih, AS apakah krisis perbankan sudah mereda. "Ya," kata Biden kepada wartawan dikutip dari Bloomberg pada Sabtu (18/3/2023).

Biden memang telah berusaha meyakinkan investor dan deposan bahwa sistem perbankan di AS aman. Pemerintahan AS yang dipimpin Biden sejak awal pekan ini (13/3/2023) telah bergerak untuk menopang kepercayaan masyarakat kepada bank-bank dengan menggaet Federal Reserve (The Fed) hingga Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

Gedung Putih bahkan sudah bersiap untuk negosiasi dengan Partai Republik mengenai peningkatan batas utang negara menghadapi krisis perbankan itu.

Biden juga telah meminta Kongres AS untuk memberikan kekuasaan yang lebih kepada regulator atas krisis perbankan itu, termasuk meningkatkan denda yang lebih tinggi bagi manajer hingga menarik kembali kompensasi bagi eksekutif bank.

Secara khusus, Biden juga meminta Kongres AS untuk memberi keleluasaan kepada FDIC dalam mencabut kompensasi, termasuk keuntungan dari penjualan saham oleh eksekutif di bank yang gagal seperti SVB dan Signature Bank.

Jumat pagi (17/3/2023) waktu setempat, Biden meminta Kongres AS untuk menyetujui hukuman yang lebih keras kepada eksekutif perbankan jika salah urus dan berkontribusi pada kegagalan bank mereka.

Dalam sepekan, industri keuangan AS memang dilanda guncangan. KBW Bank Index yang menjadi benchmark kinerja dari 22 saham perbankan di pasar AS turun 5,3 persen pada Jumat (17/3/2023).

Krisis perbankan ini bermula ketika SVB dilaporkan bangkrut usai gagal mengumpulkan dana tambahan sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam pada akhir pekan lalu. Kemudian, regulator bank AS mengumumkan penutupan Signature Bank karena alasan risiko sistemik.

Tidak hanya di AS, sentimen negatif merembet ke pasar Eropa setelah Credit Suisse mengalami gejolak. Saham Credit Suisse Group AG ditutup melemah 24 persen pada perdagangan Rabu (15/3/2023), setelah sempat anjlok 31 persen ke level terendah sepanjang masa.

Bank Sentral Swiss kemudian memberikan bantuan likuiditas kepada Credit Suisse Group AG setelah sahamnya anjlok. Credit Suisse Gorup AG sendiri telah menarik pinjaman senilai US$54 miliar atau Rp833 triliun dari Bank Sentral Swiss.

Akan tetapi, terkait dengan kasus Credit Suisse di Eropa, para pejabat Gedung Putih mengatakan hal tersebut sebagai masalah terpisah yang tidak terkait dengan apa yang dihadapi lembaga keuangan di AS.

Sementara Senator AS dari Massachusetts, Elizabeth Warren mengatakan terkait krisis perbankan ini, The Fed yang dipimpin oleh Jerome Powell telah gagal dalam kapasitas pengawasan mereka. Ia mengatakan bangkrutnya SVB menjadi bentuk kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS dan memicu kekhawatiran tentang pengawasan industri keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini