Bisnis.com, JAKARTA — Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 15-16 Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75 persen. Keputusan yang sama juga diambil BI dalam RDG bulan sebelumnya. Laju kenaikan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang sudah terjadi sejak pertengahan tahun lalu pun kemudian terhenti.
Namun, berdasarkan laporan asesmen BI, suku bunga pinjaman di perbankan masih dalam tren meningkat. Suku bunga kredit baru secara industri mencapai 10,54 persen pada Januari 2023. Lebih tinggi dibandingkan posisi Juli 2022 sebesar 8,87 persen.
Kenaikan suku bunga kredit itu terjadi pada seluruh kelompok bank, baik bank BUMN sebesar 316 basis poin (bps), kantor cabang bank asing 202 bps, hingga bank umum swasta nasional 88 bps. Hanya bank pembangunan daerah (BPD) yang mencatatkan penurunan suku bunga kredit sebesar 6 bps.
Sementara itu, suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan pun merangkak 6 bps secara bulanan (Month-on-Month/MoM) dari 8,72 persen pada Desember 2022 menjadi 8,78 persen pada Januari 2023. Kenaikan setelah perbankan melakukan penyesuaian secara berkala terhadap suku bunga kreditnya.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Aestika Oryza Gunarto mengatakan BRI terus melakukan review suku bunga secara berkala dan terus membuka ruang untuk melakukan penyesuaian suku bunga. Untuk suku bunga kredit, BRI sendiri tidak bisa melakukan penyesuaian serta merta begitu suku bunga acuan berubah. Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor, diantaranya faktor likuiditas, struktur simpanan, dan pinjaman yang berbeda beda antar masing-masing bank.
Berdasarkan laman resminya, BRI sendiri menawarkan suku bunga kredit korporasi 8 persen, kredit ritel 8,25 persen, kredit mikro 14 persen, KPR 7,25 persen, dan non-KPR 8,75 persen.
Ia mengatakan kebijakan penyesuaian suku bunga kredit akan membawa potensi peningkatan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL). Namun, BRI berupaya menjaga kualitas kredit dan pertumbuhan kredit agar sesuai target.
"BRI masih optimis pertumbuhan kredit di tahun ini dapat mencapai 10-12 persen secara tahunan [year on year/yoy]," ujarnya kepada Bisnis pada Senin (20/3/2023).
Sementara PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memilih untuk mempertahankan suku bunga kreditnya. "Secara umum kami belum menaikkan suku bunga kredit hingga saat ini," kata Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.
BCA mencatatkan suku bunga kredit korporasi 7,95 persen, kredit retail 8,20 persen, kredit KPR 7,20 persen, dan kredit non-KPR 5,96 persen. Bank yang dikendalikan konglomerasi Djarum ini mempertahankan suku bunga kreditnya sejalan dengan strategi tetap kompetitif di pasar. "Kami juga berkomitmen terus mendukung pemulihan ekonomi di berbagai sektor," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel