Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) menilai bahwa bangkrutnya Bank Silicon Valley (SVB) memang ada kaitannya dengan ekosistem startup di Amerika Serikat (AS). Namun sektor perbankan dan ekosistem startup merupakan dua hal yang terpisah di Indonesia.
"Dan kalau ada pun lebih ke off-balance sheet holding menempatkan dana ke corporate PMV [Perusahaan Modal Ventura] mereka, tidak berpengaruh ke ratio group di holding dan subsidiaries," kata Bendahara Amvesindo Edward Ismawan Chamdani kepada Bisnis, belum lama ini (16/3/2023).
Edward menambahkan apabila melihat kacamata positif, dia menyinggung posisi SVB akan mendorong ventura capital global melakukan diversifikasi resiko. Termasuk menempatkan di Asia Tenggara. Kondisi yang dapat dimanfaatkan Indonesia sebagai penggerak utama ekomo Asean.
Ekonom Bhima Yudhistira Adhinegar mengatakan bahwa kebangkrutan SVB menjadi pelajaran bahwa kenaikan suku bunga yang terjadi secara serentak diberbagai negara bisa menimbulkan kenaikan risiko perbankan yang cukup serius. Dengan demikian, dia menilai perbankan domestik pun perlu hati-hati menyusun strategi terutama terkait manajemen risiko.
"Efek SVB Bank sejauh ini cenderung terkait dengan pendanaan startup. Karena saat era dana murah atau quantitative easing di AS banyak startup mendapat suntikan permodalan lewat SVB Bank. Dikhawatirkan masalah yang ada saat ini akan membuat suntikan modal baru ke startup terganggu," kata Bhima kepada Bisnis.
Bhima mengatakan modal ventura dan investor keuangan kakap di ekosistem startup pun benar-benar hati hati dan selektif dalam mendanai startup terutama startup dengan proyeksi rugi jangka panjang. Hal tersebut, lanjut dia, berimbas kepada tuntutan pendanaan yang makin terfokus pada mengejar arus pendapatan stabil dan cash flow dibanding mengejar valuasi.
"Kondisi ini akan memperpanjang winter startup. Efek lainnya adalah efisiensi besar-besaran di startup yang secara langsung dan tidak langsung terkait pendanaan dari SVB dan modal ventura afiliasinya," tandasnya.
Di sisi lain, PT BNI Modal Ventura (BNI Ventures) menilai bahwa bangkrutnya SVB tidak akan berdampak pada perusahaan. Pasalnya, CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro mengatakan dana perusahaan berasal dari induk perusahaan, yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
"Sebagai pemain, berhubung dana kami berasal dari induk, maka BNI Ventures tidak melihat ada dampak terkait Silicon Valley Bank," kata Eddi kepada Bisnis.
Di samping itu, Eddi mengatakan modal ventura pelat merah itu juga menyasar perusahaan rintisan (startup) lokal di tahap awal yang belum bergantung pendanaan jumlah besar dari investor asing.
“Kami juga menyasar startup lokal di early stage yang tidak atau belum bergantung pada pendanaan jumlah besar dari investor asing,” ujarnya.
Perusahaan-perusahaan modal ventura di Indonesia umumnya mendapatkan pendanaan dari bank lokal yang merupakan induk usahanya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebanyak 77 persen atau Rp6,7 triliun pinjaman/pendanaan yang diterima modal ventura pada Januari 2023 berasal dari dalam negeri. Dari angka itu, sebanyak 76 persen di antaranya berasal dari bank dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel