Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada profesi audit internal di perbankan, seiring dengan banyaknya kasus kegagalan bank seperti Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) belakangan ini.
Ketua Dewan Audit OJK Sophia Wattimena mengatakan kasus kegagalan bank itu penyebabnya di antaranya karena keterlambatan dalam komunikasi, kelemahan mendeteksi concentration fund, serta mismatch sumber dana jangka pendek dan penempatan jangka panjang.
Kasus kegagalan bank tersebut menunjukkan pentingnya peran auditor internal di industri perbankan. Dengan perkembangan teknologi data analytics, auditor internal mestinya dapat melihat kerawanan dan menjadi early warning system bagi perusahaan.
Sophia mengatakan OJK pun terus mendorong peningkatan kualitas dan maturitas fungsi audit internal di bidang perbankan, termasuk pengembangan sumber daya manusia pada profesi audit internal. OJK sendiri telah mengeluarkan beberapa peraturan yang mewajibkan dibentuknya satuan kerja audit internal (SKAI) di perbankan.
SKAI ini merupakan third line of defense di perbankan dan menjadi penentuan area signifikan serta objek audit berbasis risiko. “Pertahanan three lines model sangat penting terutama bagaimana peran audit internal untuk menjaga tata kelola di industri jasa keuangan," katanya dalam keterangan tertulis pada Senin (27/3/2023).
Koordinasi antara auditor internal dan regulator, dalam hal ini OJK pun terus ditingkatkan. Dengan mengidentifikasi kelemahan pada area berisiko tinggi, auditor internal dapat segera mendorong tindakan mitigasi yang perlu dilakukan.
Sebagaimana diketahui, industri perbankan di AS dan Eropa saat ini sedang dilanda guncangan. SVB di AS dilaporkan bangkrut usai gagal mengumpulkan dana tambahan sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam.
Sebelum bangkrutnya SVB, Silvergate Capital Corp., juga telah mengatakan akan melikuidasi banknya yang menyimpan dana kripto sebagai imbas dari kehancuran industri kripto.
Kepanikan di industri keuangan AS tidak berhenti di situ, sebab regulator bank AS kemudian mengumumkan penutupan Signature Bank.
Tidak hanya di AS, sentimen negatif merembet ke pasar Eropa setelah Credit Suisse mengalami gejolak. Saham Credit Suisse Group AG ditutup melemah dan sempat anjlok ke level terendah sepanjang masa.
Bank Sentral Swiss kemudian memberikan bantuan likuiditas senilai US$54 miliar kepada Credit Suisse Group AG setelah sahamnya anjlok.
Kemudian, saham Deutsche Bank (DB) merosot setelah kontrak yang dirancang untuk memastikan setiap default utang melonjak. Hal ini pun membawa kekhawatiran di pasar Eropa karena Deutsche Bank merupakan pemberi pinjaman terbesar kedua di kawasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel