Bisnis.com, JAKARTA – Regulator Amerika Serikat mendukung kesepakatan akuisisi Silicon Valley Bank (SVB) oleh First Citizens BancShares.
Dikutip dari Reuters pada Selasa (28/3/2023), CEO First Citizen Frank Holding mengatakan kepada investor bahwa mereka percaya bahwa transaksi ini adalah hasil yang baik untuk para nasabah.
Kesepakatan tersebut dilakukan setelah Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengambil alih Silicon Valley Bank pada 10 Maret, setelah para deposan melakukan penarikan uang besar-besaran atau yang dikenal sebagai bank run.
Mengenai kesepakatan tersebut, First Citizens tidak akan membayar tunai di muka. Sebaliknya, First Citizens memberikan hak apresiasi ekuitas dalam sahamnya kepada FDIC yang bisa bernilai hingga US$500 juta, sebagian kecil dari nilai Silicon Valley Bank sebelum bangkrut.
Tim analis Wells Fargo yang dipimpin oleh Mike Mayo, mengatakan bahwa Penjualan SVB oleh FDIC membantu menunjukkan bisnis dapat berjalan seperti biasa untuk industri perbankan.
First Citizens akan menerima aset Silicon Valley Bank sebesar US$110 miliar, simpanan sebesar US$56 miliar, dan pinjaman sebesar US$72 miliar sebagai bagian dari kesepakatan.
Kemudian, FDIC mengatakan pembelian aset SVB senilai US$72 miliar datang dengan diskon US$16,5 miliar.
First Citizens juga mengakuisisi SVB Private, yang minggu akan dijual oleh FDC secara terpisah dan diminati oleh Citizens Financial Corp.
First Citizens juga akan menerima jalur kredit dari FDIC untuk keperluan likuiditas kontingensi dan akan memiliki perjanjian dengan regulator untuk membagi sebagian kerugian atas pinjaman komersial untuk melindunginya dari potensi kerugian kredit.
Selain itu, nasabah SVB akan terus dapat mengakses rekening mereka melalui situs web, aplikasi seluler, dan cabang. Karyawan di bisnis yang diakuisisi juga akan dipertahankan
Menanggapi hal tersebut, analis pasar China Raya di Saxo Markets Redmond Wong mengatakan bahwa Akuisisi First Citizens Bank atas pinjaman dan simpanan SVB banyak membantu menyelesaikan masalah nomor satu yang sekarang dihadapi sistem perbankan AS.
“Nasabah AS meninggalkan bank-bank kecil dan mencari bank yang lebih besar atau reksa dana pasar uang,” ungkap Wong.
Seperti diketahui, SVB yang merupakan bank terbesar ke-16 di AS pada akhir tahun lalu dengan aset sekitar US$209 miliar, mengalami kebangkrutan setelah nasabah berbondong-bondong menarik simpanan mereka.
Kejatuhan SVB memicu kekhawatiran akan krisis perbankan terburuk sejak 2008 yang memukul saham perbankan secara global.
Dipimpin oleh Deutsche Bank, saham bank-bank Eropa turun tajam pada hari Jumat, yang meningkatkan kekhawatiran di kalangan otoritas terkait potensi krisis kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel