Kawasan Industri di Pantura Siapkan Mitigasi Banjir dan Rob

Bisnis.com,29 Mar 2023, 17:20 WIB
Penulis: M Faisal Nur Ikhsan
Tanggul jebol hingga menyebabkan banjir roby di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas pada Senin (23/5/2022)./Dok. Kementerian PUPR

Bisnis.com, SEMARANG - Pesisir pantai utara (Pantura) Jawa Tengah tak cuma jadi pusat permukiman penduduk. Di lokasi itu pula berdenyut pusat perekonomian tak terkecuali dari mesin-mesin manufaktur di sejumlah kawasan industri.

Di Kota Semarang misalnya, sebagian besar kawasan industri berbatasan langsung dengan bibir pantai. Di wilayah lainnya, seperti di Kabupaten Kendal, Demak, Batang, hingga Pekalongan, kondisinya tidak jauh berbeda.

Muhammad Arif Sambodo, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah, mengungkapkan bahwa baik pemerintah daerah maupun pelaku industri sudah paham betul akan risiko bencana yang menghantui kawasan pesisir

"Sekarang mereka, kawasan yang baru, ya untuk mendirikan itu harus diperhatikan Analisis Dampak Lingkungannya (Amdal). Di sisi lain, pemerintah juga pastinya melakukan langkah mitigasi, antara lain dalam kaitannya dengan penataan ruang untuk wilayah yang sekiranya terancam bencana dari laut seperti abrasi sampai rob," jelas Arif saat dihubungi Bisnis, Rabu (29/3/2023).

Kementerian Perindustrian sendiri punya beberapa beleid yang mengatur standar industri hijau. Aturan-aturan itu, menurut Arif, telah diterapkan di Jawa Tengah. "Bukan hanya kaitannya dengan lingkungan seperti pantai, tapi juga kaitannya dengan transisi energi, itu Jawa Tengah sudah mulai berjalan," ungkapnya.

Lebih lanjut, Corporate Communication Manager Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) Tanya Liwail Chamdy, mengatakan bahwa pihaknya telah paham betul mengenai risiko bencana alam yang menghantui kawasan itu. Sebagai kawasan anyar di pesisir utara Jawa Tengah, KITB tanggap untuk menyiapkan sejumlah skenario ataupun langkah mitigasi yang perlu dilakukan.

"Batang, terutama kami di KITB, secara risiko aman. Tidak ada permasalahan rob karena kondisi tanahnya KITB 25 meter di atas rel kereta api. Dimana rel kereta api itu 5 meter di atas permukaan laut. Selama ini, nyentuh rel saja gak pernah air lautnya," kata Tanya.

Lebih lanjut, pada tahun 2021 lalu, KITB memang sempat menghadapi permasalahan banjir. Namun, menurut Tanya, kondisi itu lebih disebabkan karena proses konstruksi kawasan yang belum sepenuhnya rampung. Masalah banjir akibat tingginya curah hujan kini telah diatasi seiring rampungnya sistem drainase di sekitar dan di dalam kawasan.

"Drainase kawasan kan kebetulan satu ducting dengan infrastruktur jalan. Jadi dia memang sudah memutari satu kawasan, air tidak akan kemana-mana. Terus kami juga ada kolam retensi yang terhubung dengan saluran air di bawah rel kereta api menuju laut, jadi air dari kawasan tidak akan dibuang ke pemukiman warga," jelas Tanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini