Dorong Target Nol Emisi RI, HSBC Salurkan Kredit Hijau US$10,3 juta Kepada Euroasiatic

Bisnis.com,01 Apr 2023, 01:05 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Penandatanganan pemberian fasilitas kredit hijau berjangka oleh PT Bank HSBC Indonesia kepada PT Euroasiatic Jaya pada Jumat (31/3/2023) di Jakarta. / JIBI - Fahmi Ahmad Burhan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank HSBC Indonesia telah menyalurkan kredit hijau berjangka sebesar US$10,3 juta atau sekitar Rp154,6 miliar dengan jangka waktu 6 tahun kepada PT Euroasiatic Heat and Power Systems (Euroasiatic) untuk proyek pembangkit listrik turbin gas dengan sistem pembangkitan bersama berbahan bakar gas alam.

Direktur PT Euroasiatic Jaya Henry Maehl mengatakan proyek tersebut merupakan salah satu solusi yang akan mendorong pencapaian target nol emisi Pemerintah Indonesia pada 2060, sebab mampu mengurangi ketergantungan sumber energi fosil dan mengurangi emisi. 

Sistem pembangkitan bersama berbahan bakar gas alam atau Bio-CNG memang merupakan bentuk terbarukan dari gas alam yang diproduksi dari bahan limbah, seperti limbah pertanian, makanan, kotoran, limbah akhir, serta limbah industri. Bio-CNG menjadi alternatif bahan bakar terbarukan yang dapat digunakan untuk kendaraan, pembangkit listrik, dan sistem pemanasan. 

Sementara itu, Euroasiatic menurut Henry turut ambil bagian dalam transformasi energi di sektor industri di Indonesia dari yang sebelumnya berbasis sumber energi fosil menuju sistem sumber energi terbarukan, seperti bio-mass, bio-gas, dan hidrogen. "Euroasiatic memiliki portofolio energi dengan teknologi internasional, seperti turbin gas dari Kawasaki Jepang dan mesin gas dari Innio Jenbacher Austria," kata Henry dalam

Euroasiatic mendukung klien di sektor industri untuk mencapai program dekarbonisasi melalui layanan rekayasa, pengadaan, hingga konstruksi pada sistem pembangkit listrik dan panas.

Dorongan untuk mencapai target nol emisi itulah yang membuat HSBC Indonesia menyalurkan kredit hijau kepada Euroasiatic. Kredit tersebut menjadi yang ketiga kalinya disalurkan bank kepada Euroasiatic sejak 2019.

Sebelum penyaluran kredit hijau berjangka ini tersebut, HSBC Indonesia memang telah menyalurkan kredit hijau untuk berbagai proyek hijau lainnya milik Euroasiatic seperti pembangunan kantor pusat yang terdiri dari perkantoran, pergudangan dan bengkel yang saat ini tengah dalam proses memperoleh sertifikat sebagai gedung hijau. 

Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt mengatakan penyaluran kredit kepada industri yang menjalankan upaya dekarbonisasi seperti Euroasiatic merupakan salah satu langkah yang bisa diambil perbankan.

“Proses untuk mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar fosil untuk mencapai netralitas karbon membutuhkan inovasi dan juga sumber pembiayaan yang berkesinambungan," katanya 

Kredit berjangka hijau sendiri merupakan jenis kredit yang digunakan untuk pembiayaan atau pembiayaan kembali proyek yang secara spesifik memiliki manfaat bagi lingkungan. Kredit dapat memiliki suku bunga tetap maupun berubah dan memiliki jangka waktu tertentu.

HSBC Indonesia memang gencar menyalurkan kredit hijau di Indonesia. Menurut Francois, Indonesia merupakan negara yang potensial dalam menerapkan paradigma environmental, social and governance (ESG). 

Selain itu, ada banyak sektor di Indonesia yang berpeluang mendapat pembiayaan berkelanjutan bila bertransisi ke operasi bisnis yang rendah karbon.

“Ini jadi pasar masa depan, peluangnya ada banyak di investasi dekarbonisasi ekonomi, low carbon energy, dan lainnya terkait ESG,” ujar Francois saat kunjungannya ke Wisma Bisnis Indonesia pada akhir tahun lalu (3/11/2022).

Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tengara yang memiliki risiko paling besar terkena dampak perubahan iklim. Berdasarkan data Bank Pembangunan Asia, perubahan iklim akan memangkas Pertumbuhan Domestik Bruto (GDP) negara-negara di Asia Tenggara sebesar 11 persen pada akhir abad ini.

Dengan begitu, semakin banyak lagi perusahaan di Indonesia yang akan menerapkan prinsip berkelanjutan. “Saat ini, di Indonesia juga sudah banyak industry yang berinvestasi di sana [ESG],” kata Francois.

Berdasarkan riset HSBC, lima pebisnis yang menjadi responden menginvestasikan lebih dari 10 persen dari laba operasi mereka untuk meningkatkan keberlanjutan operasi mereka. 

Namun, penerapan prinsip ESG membutuhkan modal yang besar. HSBC mencatat, untuk kawasan Asia Pasifik membutuhkan US$1,5 triliun investasi hijau setiap tahun hingga 2030, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan PBB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini