Bursa Indonesia Lesu Sejak Awal Tahun, Simak Penjelasan Bos BEI

Bisnis.com,04 Apr 2023, 14:52 WIB
Penulis: Annisa Kurniasari Saumi
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Indonesia menjadi salah satu bursa dengan kinerja negatif di dunia sejak awal tahun 2023, berbanding terbalik dengan 2022 yang berkinerja positif. Hingga 31 Maret 2023, kinerja Bursa Indonesia lesu dan tercatat masih negatif 0,66 persen sejak awal tahun.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan performa Bursa pada akhir tahun lalu positif 4,1 persen, dibandingkan dengan saat ini yang negatif. Hal ini berbanding terbalik dengan bursa-bursa di negara lain yang tahun lalu berkinerja negatif, menjadi positif sejak awal tahun.

"Bursa-bursa yang akhir tahun lalu negatif, itu jadi positif seperti misalnya di Inggris, Hong Kong, China, berubah positif," tutur Iman, dikutip Selasa (4/4/2023).

Menurutnya, fundamental Indonesia tidak ada perubahan dengan ekspektasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,8 hingga 5 persen di tahun ini. Selain inflasi, Iman menilai fundamental ekonomi Indonesia tidak berubah.

"Jadi kenapa bursa kita ini negatif, yang lain positif, karena sebagian besar mereka mulai monetisasi. Jadi mereka berpindah alokasi pendanaan dari bursa yang positif tahun lalu, ke bursa yang negatif tahun lalu," ucapnya.

Selain itu, di tengah kuartal I/2023 juga menurutnya terjadi beberapa peristiwa tidak terduga seperti kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), merger antara UBS dan Credit Suisse yang menimbulkan fluktuasi kepercayaan investor global, dan juga potensi resesi global.

Meski demikian BEI melihat terdapat beberapa hal positif pada 2023, seperti China yang mengakhiri kebijakan Covid-nya. Dengan hal ini, China diharapkan kembali membuka diri.

Selain itu, ketahanan ekonomi dalam negeri juga masih dinilai positif oleh Bursa. Menurut Iman, kondisi konsumsi rumah tangga Indonesia kita stabil, dengan ekspor yang solid, dan industri manufaktur yang berkembang.

Faktor lainnya yang dapat membawa sentimen positif menurut Iman adalah ketiga perkembangan proyek investasi IKN, penyambutan pemilu dengan tren dana yang masuk atau cash inflow yang diharapkan cukup besar, dan implementasi UU P2SK, yang diharapkan memberikan kepastian hukum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini