Bisnis.com, JAKARTA - PT Superbank Indonesia, mencatatkan portofolio kredit sepanjang 2022 mencapai Rp938,04 miliar atau melesat 48 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi pada periode sebelumnya sebesar Rp634,19 persen.
Sebagaimana diketahui, Superbank sendiri sebelumnya merupakan PT Bank Fama International Tbk. yang telah resmi berganti nama pada akhir Februari 2023 lalu.
Direktur keuangan Superbank Melisa Hendrawati menjelaskan peningkatan kredit tersebut utamanya terdorong oleh kolaorasi yang telah dibangun oleh Superbank dengan ekosistem yang ada.
"itu [kenaikan kredit diraih] melalui kolaborasi dengan partner yang kita rasa bisa kita jalin melalui long term partnership," jelasnya, di Jakarta Rabu (5/3/2023).
Sejalan peningkatan pada kredit, total aset bank juga melesat 47 persen secara yoy dari Rp2,71 triliun pada 2021 menjadi Rp3,99 triliun hingga akhir Desember 2023.
Namun demikian, dari sisi kesehatan aset rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bank mengalami peningkatan. NPL gross bank tercatat naik 105 basis poin (bps). Sedangkan NPL net berhasil ditekan 74 bps menjadi 2,08 persen hingga akhir Desember 2022 dari 2,82 persen pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Kalau NPL kita mempunyai pecadangan yang sangat memadai. Karena kita sebagai manajemen baru kita melihat prtofolio kita seperti apa, sehingga pencadangannya itu harus memadai," pungkasnya.
Senada dengan hal tersebut, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) per Desember Superbank terpantau melesat 497 basis poin.
Di samping itu, capital adequacy ratio (CAR) bank juga berada pada posisi tebal naik 7.931 bps. Untuk diketahui, CAR sendiri berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank untuk menanggu risiko.
Ke depan, dalam menjalankan bisnis sekaligus bersaing dengan bank digital lainnya, Superbank akan mengandalkan ekosistem yang meliputi Grup Emtek, Grab, hingga Singtel.
Chief Business Officer Superbank, Sukiwan menuturkan pihaknya akan fokus melakukan penetrasi kepada nasabah underbanked atau nasabah yang sudah memiliki akses layanan keuangan karena segmen tersebut masih belum banyak tergarap dengan maksimal.
"Kita akan hadir dengan metode dan pendekatan berbeda untuk memberikan solusi yang tepat. ini adalah real digital solution karena kita bagian dari ekosistem," jelasnya.
Sebelumnya, berdasarkan struktur pemegang saham, Emtek melalui PT Media Visitama memiliki porsi saham di Superbank sebesar 62,76 persen. Sementara itu, A5-DB-Holdings dan Singtel menggenggam 16,26 persen saham.
Emtek memiliki ekosistem yang luas melalui jaringan media hingga e-commerce, Grab dengan ekosistem ride-hailing, sementara Singtel memiliki jam terbang tinggi di industri telekomunikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel