Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja CPIN tahun ini dihadapkan pada sejumlah risiko seperti masalah pasokan DOC yang belum teratasi, kenaikan harga kedelai global, pertumbuhan permintaan ayam yang lebih rendah dari yang diharapkan, volatilitas harga jagung, hingga depresiasi rupiah.
Harga sahamnya pun konsisten merah dalam lebih dari sepekan terakhir setelah sebelumnya mengumumkan penurunan laba pada 2022.
Jika melihat harga historisnya, tren penurunan saham CPIN sudah terjadi sejak Januari lalu setelah menyentuh level tertingginya pada tahun ini di harga penutupan Rp6.250. Jika diukur ke harga penutupan Rabu (5/4/2023) di level Rp4.560, maka penurunan harga saham CPIN mencapai 27 persen.