Bisnis.com, JAKARTA - Belum lama ini PT Bank Fama International Tbk. resmi mengumumkan diri sebagai entitas bank digital baru bernama PT Super Bank Indonesia (Superbank). Sebagaimana diketahui, Superbank menjadi bank digital yang berada di bawah naungan milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK).
Chief Business Officer Superbank Sukiwan menuturkan pihaknya akan berfokus menggarap segmen UMKM dan retail underbanked yang dinilai masih sangat tinggi populasinya mencapai 81 persen pada 2021.
"Kami ciptakan ekosistem agar nasabah bisa lebih nyaman. Ini awal strategi yang nantinya kami melakukan integrasi secara keseluruhan," jelasnya di Jakarta, Rabu (5/6/2023).
Terkait rencana realisasinya, Sukiwan menambahkan, pihaknya akan memanfaatkan ekosistem yang dimiliki Emtek Group mulai dari Bukalapak hingga Grab. Nantinya Superbank dapat mengakses basis data yang terekam dari aktivasi transaksi yang dilakukan oleh setiap user.
"Saya mau ilustrasikan, misalnya tukang martabak. Dia dapat pemasukan banyak sebulan, tapi kan tidak masuk rekening, transaksinya tertera di bon penjualan saja. Saat hendak mengajukan pinjaman ke bank yang diminta pertama kali pasti cetak rekening. Kira-kira berapa banyak penghasilan dia yang ada di rekening? pasti nol karena pembayarannya melalui tunai dan belanja [bahan bakunya] juga tunai," jelasnya.
Berbekal hal itu, Superbank berkomitmen akan hadir dengan metode yang berbeda, dengan pendekatan yang berbeda agar kita bisa berikan solusi digital bagi para pelau segmen UMKM.
Senada, Direktur Keuangan Superbank Melisa Hendrawati menuturkan bahwa pihaknya juga akan fokus dalam mengembangkan produk serta layanan guna memenuhi kebuthan nasabah.
"Kita fokuskan di tahun 2023 itu dimana caranya kita bisa mempelajari di market terkait apa sih yang menjadi kendala dari user kita, sehingga produk-produk kita nantinya bisa seusai," ucapnya.
Di samping itu, SVP Business Development Emtek Group Andya Daniswara juga turut menyoroti potensi Superbank untuk memanfaatkan 14 juta pelaku UMKM yang ada di Bukalapak.
"Data pelaku UMKM dan perorangan yang unbank dan underbank itu ada di Bukalapak, tapi itu bukan kredit data. Akan tetapi itu bisa dipakai sebagai alternatif kredit rating," jelasnya.
Untuk diketahui sebelumnya, Emtek melalui anak usahanya yakni PT Kreatif Media Karya (KMK) memiliki kepemilikan saham di Bukalapak. Per 31 Maret 2023 porsi kepemilikan KMK di Bukalapak sendiri mencapai 24,63 persen dengan total kepemilikan saham sebanyak 25,38 miliar helai saham.
Namun demikian, bank digital besutan Chairul Tanjung yakni Allobank juga diketahui turut menjadi salah satu shareholder BUKA dengan porsi kepemilikan sebesar 11,5 persen.
Menjawab hal tersebut, Andya memastikan bahwa nantinya Superbank dipastikan dapat secara optimal memanfaatkan ekosistem Bukalapak mengingat Allobank sendiri akan lebih fokus bergerak pada ekosistem CT Corp selaku pemegang saham strategis perseroan.
Itu justru mereka bisa memberikan pilihan kepada user. Superbank meskipun secara proprosi kita bisa push di Bukalapak, tapi secara produk memang juga harus bisa bersaing dengan para [bank digital] yang sudah ada," pungkasnya.
Di samping itu, Andya juga tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya Superbank dapat memfasilitasi kebutuhan payroll karyawan Emtek Group yang jumlahnya saat ini mencapai 9.000 karyawan.
Komitmen Penyaluran Kredit
Sepanjang 2022, portofolio penyaluran kredit Superbank diketahui mencapai Rp938,04 miliar atau melesat 48 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi pada periode sebelumnya sebesar Rp634,19 persen.
Melisa Hendrawati menjelaskan peningkatan kredit tersebut utamanya terdorong oleh kolaorasi yang telah dibangun oleh Superbank dengan ekosistem yang ada.
"itu [kenaikan kredit diraih] melalui kolaborasi dengan partner yang kita rasa bisa kita jalin melalui long term partnership," jelasnya, di Jakarta Rabu (5/3/2023).
Sejalan peningkatan pada kredit, total aset bank juga melesat 47 persen secara yoy dari Rp2,71 triliun pada 2021 menjadi Rp3,99 triliun hingga akhir Desember 2023.
Namun demikian, dari sisi kesehatan aset rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bank mengalami peningkatan. NPL gross bank tercatat naik 105 basis poin (bps). Sedangkan NPL net berhasil ditekan 74 bps menjadi 2,08 persen hingga akhir Desember 2022 dari 2,82 persen pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Kalau NPL kita mempunyai pecadangan yang sangat memadai. Karena kita sebagai manajemen baru kita melihat prtofolio kita seperti apa, sehingga pencadangannya itu harus memadai," pungkasnya.
Senada dengan hal tersebut, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) per Desember Superbank terpantau melesat 497 basis poin.
Di samping itu, capital adequacy ratio (CAR) bank juga berada pada posisi tebal naik 7.931 bps. Untuk diketahui, CAR sendiri berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank untuk menanggu risiko.
Sebelumnya, berdasarkan struktur pemegang saham, Emtek melalui PT Media Visitama memiliki porsi saham di Superbank sebesar 62,76 persen. Sementara itu, A5-DB-Holdings dan Singtel menggenggam 16,26 persen saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel