Bisnis.com, JAKARTA — Dinamika harga saham emiten bank seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) dalam sebulan terakhir dipengaruhi oleh kabar merger hingga akuisisi. Lalu bagaimana nasib mereka menjelang penutupan bursa pada Selasa (18/4/2023).
Berdasarkan data RTI Business, harga saham BRIS terparkir di level Rp1.785 pada penutupan perdagangan akhir pekan ini (14/4/2023), naik 3,78 persen dalam 24 jam terakhir.
Harga saham BRIS sempat menyentuh level tertinggi dalam setahun terakhir pada perdagangan pekan lalu (6/4/2023) yakni Rp1.810. Dalam sebulan terakhir, harga saham BRIS naik 17,49 persen. Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd) harga saham BRIS naik 37,98 persen.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan secara fundamental, penopang moncernya harga saham BRIS dalam sebulan terakhir adalah kinerja keuangan. Selain itu, BRIS juga dihadapkan sejumlah kabar aksi korporasi.
BRIS dikabarkan akan mempunyai investor strategis baru dari asing. Wacana masuknya investor strategis baru itu seiring dengan upaya peningkatan kepemilikan saham publik atau free float di BSI. Berdasarkan skenarionya, kepemilikan saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) di BRIS akan hilang.
Hanya saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) di BSI saja yang tetap bertahan. Keluarnya BBRI dan BBNI ini yang kemudian akan diisi oleh investor strategis.
BSI juga telah mengungkapkan kemungkinan akuisasi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Rencana akuisisi sudah mencuat tahun lalu dan masih terus dikaji perseroan.
"Rencana-rencana ini bisa menjadi penopang untuk kenaikan kinerja keuangan BRIS dan bisa menjadi translasi ke kenaikan harga saham BRIS," ujar Arjun kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Begitu juga harga saham https://www.bisnis.com/topic/245/bank-nobu yang dalam sebulan terakhir berada naik 3,31 persen. Pada perdagangan Jumat (14/4/2023), harga saham NOBU ditutup di level Rp500.
Reli harga saham emiten bank milik James Riady dalam sebulan terakhir terjadi di tengah kabar merger dengan emiten bank milik Hary Tanoesoedibjo PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP).
Research and Consulting Infovesta Utama Nicodemus Anggi mengatakan kabar merger kedua bank itu dinilai menarik bagi investor karena membuat total aset kedua bank hasil merger semakin besar. Bank pun bisa berkompetisi dan naik kelas menjadi kelompok bank dengan modal inti (KBMI) II.
"Investor juga berharap mendapatkan keuntungan harga saham jangka pendek pada kedua bank. Hal ini tercermin dari harga saham dua-duanya yang sempat kompak naik dobel digit," katanya kepada Bisnis.
Berbeda dengan NOBU, harga saham BABP malah jeblok. Harga saham BABP dalam sebulan terakhir turun 12,9 persen. Pada perdagangan hari ini, BABP ditutup di level Rp81.
Sementara itu, harga saham PT Bank Panin Tbk. (PNBN) juga mengalami reli seiring dengan kabar akuisisi. Bank Panin dikabarkan akan diakuisisi oleh Sumitomo Mitsui Financial Group atau Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG) sejak tahun lalu.
MUFG dinilai sebagai kandidat terkuat dalam persaingan menjadi pengendali saham Bank Panin. MUFG sendiri merupakan pemegang saham pengendali PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN).
Sejak kabar itu mencuat, harga saham PNBN terbang. Dalam setahun terakhir harga saham PNBN naik 59,39 persen. Pada perdagangan hari ini, harga saham PNBN ditutup di level Rp1.315, naik 1,15 persen dalam 24 jam terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel