Bisnis.com, JAKARTA - Risk Based Capital (RBC) beberapa perusahaan reasuransi mengalami penurunan pada 2022, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, angka RBC enam perusahaan masih di atas 120 persen atau memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Enam perusahaan tersebut di antaranya PT Maskapai Reasuransi Indonesia (MREI), PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure), PT Reasuransi Maipark Indonesia (Maipark), PT Indoperkasa Suksesjaya Reasuransi (INARE), PT Reasuransi Indonesia Utama (IndonesiaRe), PT Reasuransi Nusantara Makmur (Nusantara Re).
Pengamat Asuransi dan Dosen Program MM Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universtas Gajah Mada (UGM) Kapler Marpaung mengatakan bahwa RBC perusahaan reasuransi yang turun naik merupakan hal biasa.
"Karena bisnis termasuk bisnis asuransi dan reasuransi itu kan kinerja nya tidak selalu naik atau turun terus, tetapi volatilitynya beragam," kata Kapler kepada Bisnis, Sabtu (15/4/2023).
Kapler mengatakan bahwa apabila RBC perusahaan reasuransi naik, itu mencerminkan kinerja keuangannya semakin baik. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya tambahan modal atau pertumbuhan premi dan hasil underwriting positif.
Selain itu, menurutnya juga didorong dengan adanya kenaikan hasil investasi. Bahasa mudahnya menurut Kapler perusahaan mencatatkan pertumbuhan laba.
"Kalau RBC turun berarti itu sebaliknya, perusahan mengalami kerugian. Semakin besar kerugian semakin besar penurunan tingkat RBCnya," kata dia.
Kapler mengatakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah RBC terus turun antara lain dengan melakukan efisiensi, risk assessment dan seleksi risiko yang baik dalam setiap penutupan (prudent underwriting).
Selain itu, perusahaan juga perlu membuat kebijakan penetapan harga, analisa dan merubah program-program reasuransi dan retro, restrukturisasi aset dan liability, serta penambahan modal dari pemegang saham.
"Restrukturisasi liability bukan memotong kewajiban ya [haircut], tetapi dilihat apakah ada liability yang dicatat terlalu besar, bisa karena double pencatatan atau koreksi beban klaim reasuransi/retronya," jelas Kapler.
Kapler menambahkan apabila tingkat RBC masih di atas ambang batas minimum maka masih dinyatakan perusahaan sehat. Namun menang apabila sudah mendekati batas minimum 120 persen, itu akan membuat perusahaan semakin hati-hati dalam beroperasi.
Diketahui, Marein atau MREI memiliki RBC mencapai 279,3 persen per Desember 2022 atau naik dari tahun sebelumnya yakni 239 persen. Sementara itu, Tugure memiliki RBC 221 persen pada kuartal IV/2022, turun dibandingkan dengan kuartal IV/2021 yakni 230 persen.
Maipark memiliki tingkat RBC 1.046,52 persen pada kuartal VI/2022. Apabila dibandingkan dengan kuartal IV/2021, perusahaan reasuransi ini memiliki RBC sebesar 1046,69 persen.
INARE mencatatkan RBC sebesar 1057 persen per Desember 2022. Perusahaan belum memiliki perbandingan kinerja dengan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Pasalnya, INARE merupakan perusahaan reasuransi yang baru mendapatkan izin beroperasi dari OJK pada 17 Januari 2022. Namun apabila dibandingkan dengan periode September 2022, RBC INARE menurun dari semula berada di level 1114 persen.
IndonesiaRe mencatatkan tingkat RBC mencapai 129,09 persen pada kuartal IV/2022. Angka tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 145,38 persen.
Nusantara Re mencatatkan tingkat RBC mencapai 407,63 persen pada kuartal IV/2022. Angka tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 201,93 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel