Tok! Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 5,75 Persen

Bisnis.com,18 Apr 2023, 14:27 WIB
Penulis: Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 April 2023 memutuskan menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen.

Hal itu diungkapkan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (18/3/2023). 

"Rapat Dewan Gubernur [RDG] Bank Indonesia pada 17 dan 18 April 2023 memutuskan mempertahankan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen," katanya. 

Sejalan dengan keputusan tersebut, dia mengatakan suku bunga Deposit Facility tetap di level 5 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap 6,5 persen.

Perry Warjiyo mengatakan keputusan menahan suku bunga acuan tersebut sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking. 

"Bank Indonesia meyakini bahwa BI7DRR sebesar 5,75 persen tersebut memadai untuk mengarahkan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 2-4 persen di sisa 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen [IHK] kembali ke dalam sasaran 2-4 perseen lebih awal dr perkiraan sebelumnya," ungkap Perry. 

Ia melanjutkan, kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah.

Sebelumnya, seluruh 30 ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada 5,75 persen. Ini adalah pertama kalinya jajak seluruh ekonom dalam survei memberikan proyeksi yang sama sejak Februari 2023.

Para ekonom menilai BI dipandang masih memiliki ruang untuk mempertahankan suku bunga karena semakin banyak bank-bank sentral di dunia yang menahan laju pengetatan.

Selain itu, inflasi yang berada di jalur perlambatan yang berkelanjutan dan rupiah yang telah menguat lebih dari 5 persen terhadap dolar AS turut memberikan dorongan tambahan bagi bank sentral.

Ekonom ANZ bank Krystal Tan mengatakan hanya ada sedikit tekanan yang tersisa bagi BI untuk melakukan pengetatan, termasuk dari sisi eksternal dengan meredanya sikap hawkish The Fed.

“Tidak ada urgensi untuk pelonggaran kebijakan moneter, dengan likuiditas sektor perbankan yang cukup, pertumbuhan kredit yang masih kuat, dan sentimen konsumen yang bertahan dengan baik," ungkap Tan seperti dilansir Bloomberg, Selasa (18/4/2023).

Senada, kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI akan kembali mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen dikarenakan ekspektasi inflasi cenderung menurun.

Selain itu, nilai tukar rupiah pada April 2023 cenderung terapresiasi di tengah volatilitas global yang masih tinggi.

“Suku bunga saat ini masih konsisten untuk memastikan tren penurunan ekspektasi inflasi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang mendukung momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Senin (17/4/2023).

Josua mengatakan, kondisi eksternal Indonesia juga masih cukup kuat, tercermin dari neraca perdagangan yang surplus sehingga berimplikasi pada potensi surplus neraca transaksi berjalan yang akan mendukung fundamental nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini