Pertemuan Diplomat G7 Bahas Konflik China Vs Taiwan dan Korea Utara

Bisnis.com,18 Apr 2023, 11:24 WIB
Penulis: Erta Darwati
Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi, Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly, Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani, dan Wakil Sekretaris Jenderal PBB Layanan Aksi Eksternal Eropa (EEAS) Enrique Mora berpose untuk foto pada awal sesi kerja kelima Pertemuan Menteri Luar Negeri G7 di hotel Prince Karuizawa di Karuizawa pada

Bisnis.com, JAKARTA - Pertemuan diplomat negara-negara G7 berlangsung di Kota Karuizawa, Jepang pada Senin (17/4/2023). Para menteri negara G7 berbaris dan bersikeras bahwa tidak ada waktu bagi mereka untuk merespons kebijakan China.

Pembicaraan yang akan berlangsung selama 2 hari itu dilakukan setelah pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyarankan Eropa harus menghindari krisis yang bukan miliknya, pada pekan lalu.

Pada sesi pertama, Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa persatuan negara G7 sangat penting.

Keinginan untuk menekankan titik temu terlihat jelas dalam pertemuan negara-negara G7 pada Senin (17/4/2023).

Jamuan makan malam para menteri pada malam hari fokus pada China dan tantangan regional seperti dilansir dari CNA, pada Selasa (18/4/2023).

Hayashi mendesak rekan-rekannya untuk menunjukkan kepada dunia tekad kuat G7 untuk mempertahankan tatanan internasional berdasarkan aturan hukum.

Tuan rumah Jepang telah menempatkan tantangan regional dalam agenda pembicaraan, dan peristiwa baru-baru ini termasuk latihan militer China di sekitar Taiwan dan uji coba rudal Korea Utara telah mempertajam fokus tersebut.

Ketika para menteri memulai pembicaraan, Angkatan Laut AS mengumumkan telah mengarungi kapal perusak berpeluru kendali melalui Selat Taiwan dalam operasi kebebasan navigasi, dengan Beijing mengatakan telah melacak kapal tersebut.

Kontroversi atas pernyataan Macron akan mendorong pengawasan lebih dekat terhadap  China dan ancamannya untuk merebut Taiwan.

Akan tetapi, saat bertemu dengan timpalannya dari Prancis Catherine Colonna, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan diskusi sejauh ini hanya memperkuat konvergensi pandangan yang dimiliki, selama pembicaraan bilateral itu.

"Kami bersatu, kami jelas memberikan sinyal yang sama kepada seluruh dunia bahwa setiap situasi memerlukan penghormatan terhadap hukum internasional sebagai prasyarat bagi yang lain," tambah Colonna.

Para menteri diperkirakan akan menyepakati hasil pembicaraan dalam pernyataan akhir pada Selasa (18/4/2023).

Lebih lanjut, para menteri juga memperingatkan terhadap militerisasi Laut China Selatan dan mengulangi penentangan terhadap setiap perubahan status quo secara paksa di Taiwan.

Selain itu, para menteri negara G7 juga cenderung memperingatkan tentang persenjataan perdagangan, dan perlunya diversifikasi rantai pasokan pada bahan sensitif seperti semikonduktor yang dilihat sebagai pesan lain yang diarahkan ke Beijing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini