Top 5 News BisnisIndonesia.id: Mengukur Daya Tarik MAPI hingga Industri Minyak Sawit Lesu

Bisnis.com,19 Apr 2023, 10:52 WIB
Penulis: Jaffry Prabu Prakoso
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk. melaporkan rekor kinerja sepanjang 2022 lalu, membuka ruang bagi kucuran dividen untuk pemegang sahamnya. Namun, saham emiten berkode MAPI ini cenderung masih lesu di pasar.

Kemarin, Selasa (18/4/2023), saham MAPI terpantau turun tajam 2,39 persen dibanding level penutupan kemarin menjadi Rp1.430. Penurunan ini menjadikan kinerja saham MAPI sepanjang tahun berjalan terkoreksi 1,04 persen year-to-date (YtD).

Kinerja saham ini justru tidak sejalan dengan kinerja keuangannya. Laba bersih MAPI mencapai Rp2,1 triliun sampai akhir Desember 2022, meningkat 402,08 persen dibandingkan dengan capaian 2021 sebesar Rp420,17 miliar.

Torehan laba ini bahkan melampaui capaian sebelum pandemi pada 2019 yang kala itu mencapai Rp1,16 triliun dengan Rp933 miliar di antaranya merupakan laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk.

Berita tentang utang Indonesia menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Rabu (19/4/2023). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Xi Jinping Boleh Senang, China Cetak Rapor Hijau pada Awal Tahun

Kabar baik untuk ekonomi global datang dari China seiring dengan hasil pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2023 yang positif, melampaui perkiraan konsensus analis. Kendati demikian masih ada beberapa indikator yang menunjukkan pertumbuhan belum solid.

Berdasarkan data yang dirilis dari Biro Statistik Nasional pada Selasa hari ini (18/4/2023), Produk Domestik Bruto (PDB) China dilaporkan tumbuh sebesar 4,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), lebih tinggi dari Kuartal IV/2022 sebesar 2,9 persen (YoY).

Peningkatan ini cenderung lebih tinggi dari perkiraan rata-rata. Jika melihat dari survei yang dilakukan oleh ekonom Bloomberg dan juga survei Reuters, ekonom memperkirakan PDB China tumbuh hanya 4 persen pada kuartal I/2023.

Performa pada awal tahun ini menjadi sinyal bagus untuk kelanjutan pertumbuhan positif pada periode berikutnya. Hal ini sebagian besar karena rendahnya dasar perbandingan dari tahun lalu saat China lockdown ketat.

 

Makin Deras Cuan Emiten Sawit Konglomerat

Sejumlah emiten sawit milik konglomerat melanjutkan pertumbuhan performa di tengah stabilnya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

Salah satunya adalah PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG).  Pertumbuhan kinerja sepanjang kuartal I/2023 emiten milik TP Rachmat tersebut berlanjut. Pendapatan dan laba pada periode tiga bulan pertama 2023 tercatat naik daripada tahun sebelumnya.

Total penjualan DSNG selama kuartal I/2023 menembus Rp2,06 triliun, naik 25,6 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 sebesar Rp1,64 triliun. Segmen minyak sawit tercatat berkontribusi sebesar Rp1,81 triliun atau naik 46,2 persen year-on-year (YoY), sementara segmen hasil kayu memperlihatkan penurunan 37,2 persen YoY menjadi Rp254,52 miliar.

Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo mengatakan hasil kurang menggembirakan dari segmen kayu disebabkan oleh penurunan permintaan produk panel maupun engineered floorings dari negara tujuan ekspor utama, seperti Jepang, Amerika Serikat, Kanada. Penurunan permintaan tidak lepas dari kondisi daya beli sektor properti di negara tersebut.

 

Menakar Daya Tarik Rekor Laba dan Potensi Dividen Jumbo MAPI

Analis Sinarmas Sekuritas, Arief Machrus, dalam risetnya menyebutkan limpahan kas MAPI yang tinggi berpotensi membuat perusahaan kembali membagikan dividen. Sampai akhir 2022, posisi kas MAPI menyentuh rekor di Rp3,85 triliun karena amortisasi diskon pada obligasi tanpa bunga.

“Tingginya level kas ini menunjukkan bahwa MAPI mungkin akan mulai memberikan dividen lagi pada tahun 2023, setelah absen selama tiga tahun akibat pandemi. Dengan asumsi rasio pembayaran dividen sebesar 25 persen, kami menghitung bahwa yield dividen bisa mencapai 2 persen pada 2023,” tulis Arief.

Yield dividen tersebut, jika sesuai estimasi, bakal menjadi yang tertinggi. Data Investing memperlihatkan bahwa yield dividen MAPI dalam kurun 2012—2019 berkisar di 0,37 persen sampai 1,27 persen. Yield dividen ini bisa cukup menjadi angin segar bagi saham MAPI yang tengah lesu.

Selain potensi cuan dari dividen, kinerja fundamental MAPI juga diperkirakan tetap solid pada 2023. Arief mengestimasi pertumbuhan pendapatan bisa mencapai 9 persen YoY didorong oleh Digimap, Subway, Footlocker, dan Sulwhasoo. Di sisi lain, momentum Ramadan juga masih bisa dimanfaatkan MAPI terlepas dari kondisi pasar yang masih menantang.

 

Laju Kredit Melambat, Bank Berbondong Pacu KPR

Kredit konsumtif di segmen kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi andalan perbankan dalam menyalurkan kredit pada kuartal pertama tahun ini, di tengah tren perlambatan pada laju pertumbuhan penyaluran kredit perbankan.

Dalam keterangan pers Bank Indonesia terkait kebijakan suku bunga acuannya hari ini, Selasa (18/4/2023), BI mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75 persen.

Bersama dengan itu, BI juga melaporkan stabilitas kondisi industri jasa keuangan nasional. BI melaporkan pertumbuhan kredit industri perbankan per Maret 2023 tetap tinggi, yakni sebesar 9,93 persen secara tahunan atau year-on-year (YoY).

Meski begitu, jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, ini merupakan tingkat pertumbuhan terendah sejak Mei 2022. Pertumbuhan kredit industri perbankan konsisten di level dua digit selama ini, tetapi memang cenderung melambat memasuki tahun 2023.

 

Lesunya Kinerja Minyak Sawit di Tengah Gairah Ekspor Batu Bara

Bahan bakar mineral sekali lagi menjadi penopang kinerja ekspor nonmigas pada Maret 2023. Catatan ini krusial di tengah lesunya ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil dari negara tujuan utama.

Merosotnya perdagangan minyak sawit berdampak pada penurunan kinerja ekspor Indonesia sebesar 11,33 persen secara tahunan (YoY) menjadi US$23,5 miliar pada Maret. Namun, nilai tersebut masih meningkat 9,89 persen secara bulanan (month-to-month/MtM).

Secara umum, lesunya ekspor disebabkan oleh kontraksi sektor industri pengolahan sebesar 13,67 persen secara YoY, meski naik 7,22 persen secara MtM. Salah satunya dipengaruhi oleh penurunan kinerja komoditas CPO.

“Penurunan ini memang antara lain disebabkan oleh sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi utama,” kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi, Senin (17/4/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Jaffry Prabu Prakoso
Terkini