The Fed Beri Sinyal Naikkan Suku Bunga, Dampak Bangkrutnya Bank AS

Bisnis.com,21 Apr 2023, 10:40 WIB
Penulis: Arlina Laras
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat Federal Reserve (The Fed) berkomitmen untuk memperketat kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga acuan untuk mengatasi inflasi yang masih terlalu tinggi dan dampak dari bangkutnya bank di Amerika Serikat (AS).

Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester memberikan dukungannya untuk menaikkan suku bunga di atas lima persen, lantaran tingginya inflasi yang terjadi di AS.

Namun, dirinya juga menyadari bahwa pengetatan kebijakan moneter bisa memperlambat aktivitas ekonomi dan perekrutan, terutama setelah keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) yang memaksa regulator untuk turun tangan. Pengetatan akses ke kredit juga bisa memperlambat aktivitas ekonomi. 

"Perekrutan" dalam konteks kebijakan moneter yang dibicarakan oleh The Fed merujuk pada aktivitas pengangkatan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. 

Menurutnya, pengetatan kebijakan moneter dapat mempengaruhi aktivitas perekrutan, karena suku bunga yang lebih tinggi dapat membuat perusahaan lebih enggan untuk meminjam dan menginvestasikan uang dalam proyek-proyek baru, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perekrutan tenaga kerja.

“The Fed perlu memantau dengan cermat kondisi perekonomian dan keuangan, sebelum memutuskan apakah perlu mengambil tindakan lebih lanjut atau tidak," kata Mester di Akron, Ohio, Kamis, yang dikutip dari Bloomberg, Jumat (21/4/2023), 

Dalam pidato, dia menunjukkan ada peningkatan permintaan pinjaman darurat dari the Fed oleh bank untuk pertama kalinya dalam lima minggu.

Sebelumnya, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar seperempat poin pada pertemuan bulan lalu, yang membawa suku bunga ke kisaran 4,75 persen hingga 5 persen dari sebelumnya hampir nol persen sekitar 12 bulan lalu. 

The Fed juga memperkirakan akan ada satu kenaikan lagi pada tahun ini, sehingga suku bunga acuan mencapai 5,1 persen. 

Proyeksi ini didasarkan pada perkiraan median para pejabat The Fed. Langkah ini diharapkan akan diambil pada pertemuan The Fed yang akan dilakukan pada tanggal 2-3 Mei 2023. 

Beberapa pejabat The Fed mengungkapkan mereka ingin berhenti menaikkan suku bunga setelah kenaikan ini, para investor pun memperkirakan The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun.

Sementara dalam kesempatan terpisah, Pesiden Fed Atlanta Raphael Bostic menyampaikan dukungannya soal kebijakan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. 

Dia mencatat, pendekatan "One and Done" merujuk pada strategi kenaikan suku bunga yang hanya dilakukan sekali dan tidak akan ada peningkatan suku bunga lebih lanjut di masa depan. Bostic juga mengakui kebijakan Fed saat ini berjalan lambat

Baik Raphael Bostic dan Loretta Mester memang tidak memberikan suara pada kebijakan moneter tahun ini.

Namun, mereka tetap aktif dalam memberikan pandangan dan pendapat mereka terhadap kebijakan moneter yang diambil oleh the Fed. 

Sementara itu, Ketua Fed Philadelphia Patrick Harker mengungkapkan bahwa dirinya terus mengantisipasi pengetatan kebijakan moneter tambahan untuk mencapai sasaran stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang optimal.

“Nanti setelah mencapai titik tertentu, The Fed akan mempertahankan suku bunga dan membiarkan kebijakan moneter bekerja, sehingga pengetatan kebijakan itu tidak lagi diperlukan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini