Pendiri Twitter Sesalkan Akuisisi oleh Elon Musk: Semua Berakhir Buruk

Bisnis.com,30 Apr 2023, 13:04 WIB
Penulis: Asahi Asry Larasati
Ilustrasi logo Twitter dan foto Elon Musk./Reuters-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu pendiri Twitter, Jack Dorsey, menyesal sempat mendukung akusisi Twitter senilai US$44 miliar oleh miliarder Elon Musk.

Jack menilai beberapa keputusan yang dilakukan Chief Eksekutif Officer (CEO) Tesla Elon Musk cenderung kurang tepat sehingga menciptakan kekacauan, tidak bisa dikatakan sebagai pengelola terbaik.

"Tidak. Saya juga tidak berpikir dia bertindak tepat setelah menyadari bahwa waktunya tidak tepat. Saya juga tidak berpikir bahwa dewan seharusnya memaksakan penjualan tersebut," kata Jack sebagaimana dilansir dari Bloomberg  pada Minggu (30/4/2023).

Setelah pasar saham berbalik tidak lama setelah tawarannya untuk membeli Twitter setahun yang lalu, Elon Musk berusaha untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut. Hal ini juga memicu pertarungan hukum antara perusahaan dan miliarder tersebut, sebelum akuisisi selesai dengan harga penawaran awal. 

"Semuanya berakhir buruk," tegas Jack melalui Bluesky, alternatif Twitter.

Meski demikian, sampai saat ini pihak Twitter tidak memberikan komentar terkait penilaian sarkas pendiri Twitter tersebut.

Jack yang bersahabat dengan Elon Musk selama bertahun-tahun dan menyarankannya untuk terlibat dengan Twitter, sebelumnya secara terbuka mendukung kesepakatan tersebut. Tahun lalu, dia menyebut CEO SpaceX Elon Musk sebagai pemilik Twitter sebagai solusi tunggal yang saya percayai.

Pada Jumat, seorang pengguna Bluesky mengatakan bahwa dia sangat sedih dengan semua ini. Namun, menyadari bahwa Twitter tidak bisa menjadi perusahaan publik.

Di bawah kepemimpinan Elon Musk, yang mengambil alih pada akhir Oktober, Twitter memangkas sebagian besar stafnya dan mengalami sejumlah krisis publik, termasuk mengenai rencananya untuk memverifikasi pengguna.

Elon Musk juga menawarkan layanan berlangganan untuk Twitter di mana pengguna dapat memperoleh tanda centang biru seharga US$8 per bulan. 

"Pembayaran sebagai bukti manusia adalah jebakan dan saya sama sekali tidak setuju dengan hal tersebut. Sistem pembayaran yang digunakan untuk bukti tersebut mengecualikan jutaan bahkan miliaran orang," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Denis Riantiza Meilanova
Terkini