Kurangi Ketergantungan ke Dolar AS, Ini Langkah Malaysia, Singapura, Hingga Indonesia

Bisnis.com,03 Mei 2023, 19:57 WIB
Penulis: Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti tantangan dan dampak yang ditimbulkan dari ketergantungan yang besar terhadap mata uang dominan tertentu. Seperti diketahui dolar Amerika Serikat (AS) menjadi instrumen utama perdagangan dunia saat ini.

Perry mengatakan ketergantungan terhadap mata uang dominan dalam perdagangan internasional dan penyelesaian investasi dapat meningkatkan kerentanan dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan, khususnya di Asean+3. 

Pernyataan Perry ini disampaikannya pada pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara Anggota Asean+3 (the ASEAN+3 Finance Ministers' and Central Bank Governors Meeting/AFMGM+3), di Incheon, Korea Selatan.

“Asean+3 perlu berinovasi untuk dapat menjaga stabilitas, di tengah inflasi yang masih tinggi, kondisi likuiditas yang lebih  ketat, ruang kebijakan yang lebih sempit, dan  pengaruh kuat dolar,” katanya, mengutip siaran pers, Rabu (3/5/2023).

Oleh karena itu, Perry menekankan pentingnya memperkuat dan meningkatkan kerja sama di antara negara-negara Asean+3 dalam konektivitas pembayaran dengan mempromosikan penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk transaksi. 

Dalam hal ini, AFMGM+3 juga menyambut baik dan mengakui perkembangan kajian Sistem Pembayaran Lintas Batas di Asean+3, khususnya mengenai Penguatan Transaksi Mata Uang Lokal (Local Currency Transactions/LCT) dalam pembahasan isu tematik Asean+3.

Teranyar, BI bersama dengan Bank of Korea menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal masing-masing negara dalam transaksi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. 

Penandatanganan nota kesepahaman terkait kerja sama tersebut dilakukan di sela-sela pertemuan AFMGM+3 pada Selasa (2/5/2023).

Dengan kerja sama ini, maka transaksi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan, seperti transaksi berjalan (current account transaction), investasi langsung, serta transaksi ekonomi dan keuangan lainnya yang akan disepakati kedua otoritas, bisa menggunakan mata uang lokal masing-masing negara.

Otoritas kedua negara memandang bahwa penggunaan mata uang lokal masing-masing negara yang lebih luas untuk transaksi bilateral akan berkontribusi dalam mempromosikan perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan serta memperdalam pasar keuangan dalam mata uang lokal di kedua negara.

BI sebelumnya telah melakukan kerja sama serupa dengan otoritas Malaysia (Bank Negara Malaysia), Thailand (Bank of Thailand), Jepang (Japan Ministry of Finance), China (People Bank of China), dan Singapura (Monetary Authority of Singapore). Selanjutnya, kerja sama bilateral penggunaan mata uang lokal juga akan diperluas dengan seluruh negara anggota Asean.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini