Indeks Bisnis-27 Dibuka Melemah Usai Pengumuman The Fed, Emiten Komoditas Justru Naik

Bisnis.com,04 Mei 2023, 09:38 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Bisnis-27 dibuka melemah pada perdagangan Kamis (4/5/2023). Sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di zona merah setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin. Meski begitu, emiten komoditas justru mengalami kenaikan.

Indeks hasil kerja sama dengan Bisnis Indonesia itu terkoreksi 0,21 persen ke 596,16 atau turun 1,26 poin sampai pukul 09.01 WIB dan sempat mencapai level tertinggi di 597,52. Dari 27 konstituen, hanya 8 emiten yang menguat, 2 stagnan, dan sisanya 17 perusahaan mengawali perdagangan di zona merah.

Saham-saham pertambangan terpantau menguat dengan kenaikan tertinggi dialami PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) yang terapresiasi 1,29 persen ke Rp3.940 pada awal perdagangan. Selanjutnya PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) menyusul dengan kenaikan 0,72 persen dan ANTM menguat 0,47 persen.

Di sisi lain, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) menjadi penghuni indeks dengan koreksi terdalam sampai pukul 09.05 WIB. SMGR terkoreksi 2,14 persen sehingga bertengger di Rp5.725.

Selanjutnya PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) turun 1,85 persen, BBNI melemah 1,32 persen, dan ITMG turun 1,10 persen.

Beberapa saham yang stagnan di harga yang sama dengan penutupan sehari sebelumnya adalah ADRO di Rp2.940, KLBF di Rp2.060, dan AKRA di Rp1.565.

Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya menyebutkan IHSG memiliki peluang technical rebound ke kisaran 6.810—6.840 meskipun sentimen eksternal kurang kondusif. Mereka menyebutkan terbentuknya three black crows pattern biasanya diikuti dengan satu white candle.

“Akan tetapi, untuk beberapa hari ke depan, pelaku pasar tetap perlu mewaspadai potensi minor bearish reversal continuation. Perhatikan support 6.760,” tulis Phintraco.

Kenaikan The Fed Rate kemungkinan memicu fluktuasi jangka pendek pada pada saham-saham rate-sensitive, terutama bank. Dari dalam negeri, pasar mengantisipasi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke 4,95 persen yoy di kuartal I/2023 dari 5,01 persen yoy di kuartal IV/2022.

“Pasar kelihatannya memiliki ekspektasi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 bisa di atas 5 persen, terlebih setelah sejumlah data konsumsi menunjukan kondisi yang solid.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini