Ekspor Sempat Lesu, Luhut: Pemerintah Siapkan Insentif untuk Industri Tekstil

Bisnis.com,10 Mei 2023, 15:25 WIB
Penulis: Widya Islamiati
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman & Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (dari kiri) didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu memberikan pemaparan dalam konferensi pers tentang insentif kendaraan listrik di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com. JAKARTA – Industri tekstil sejak pertengahan tahun lalu dalam kondisi lesu karena turunnya permintaan di pasar ekspor.

Namun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menilai, baik ekspor maupun impor produk tekstil indonesia mulai mengalami tren kenaikan yang cukup tinggi pascapandemi.

"Pemerintah menyiapkan berbagai insentif untuk mempertahankan ekonomi di sektor tekstil dan produknya," ujar Luhut, dikutip dari rilis, Rabu (10/5/2023). 

Dia menuturkan, pihaknya melihat potensi pasar yang besar di Industri tekstil seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, daya beli masyarakat dan segmen kelas menengah juga tumbuh secara signifikan.

“Selain itu, reformasi kebijakan investasi yang berkelanjutan telah menarik banyak investasi baru ke dalam negeri.  Pemerintah Indonesia akan terus melanjutkan reformasi pada aspek-aspek tersebut,” tuturnya.

Luhut menyebutkan investasi serta perkembangan ekonomi saat ini tidak tertutup hanya pada bidang hilirisasi, tetapi juga merambah ke bidang industri tekstil. 

Dalam catatan Bisnis, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengatakan, kondisi kelesuan permintaan ekspor industri tekstil telah terjadi sejak memasuki kuartal IV/2022 lalu. 

Padahal, jelasnya, pada kurun waktu awal 2022 lalu, kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih tumbuh sesuai perkiraan. Dia memperkirakan realisasi kinerja pada kuartal IV/2022 tidak terselamatkan. 

Imbas dari inflasi tinggi yang membekap pasar tujuan ekspor seperti Amerika dan Eropa. Selain itu, rantai pasok global pun masih terganggu akibat perang Rusia dan Ukraina.

Pergantian tahun 2022 ke 2023 pun, menurutnya, belum memberikan prospek cerah bagi industri tekstil. Pelaku industri menilai pada 2023, justru kinerja industri berpotensi lebih kelam. 

“Kinerja tahun 2023 dibayangi oleh inflasi di benua Eropa dan Amerika Serikat, yang masih tinggi dan juga suku bunga yang tinggi. Tumpuan TPT pada tahun 2023 adalah market dalam negeri,” kata Jemmy saat dihubungi Bisnis pada Senin (16/1/2023). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Denis Riantiza Meilanova
Terkini