Bisnis.com, JAKARTA - Sederet bank seperti PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS) dan PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC) yang pada akhir tahun lalu sibuk berkejaran memenuhi aturan modal inti kini masih menjalankan aksi penambahan modal melalui rights issue.
Terbaru, Bank Maspion akan menjalankan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) III atau rights issue dan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 12,5 miliar lembar saham baru atau 59,18 persen dari modal yang disetor perusahaan.
Pelaksanaan rights issue tersebut akan dijadwalkan setelah diperolehnya persetujuan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Emiten bank berkode BMAS ini telah mengumumkan akan menyelenggarakan RUPSLB pada 15 Juni 2023.
PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) juga akan rights issue dengan nilai mencapai Rp12 triliun. Melalui rights issue itu, Bank KB Bukopin berencana naik kelas dan merangsak masuk ke kelompok bank dengan modal inti (KBMI) III seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) hingga PT Bank BTPN Tbk. (BTPN).
PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) juga mengumumkan akan melaksanakan rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14,72 miliar helai saham saham baru.
Lalu, PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) mengumumkan akan menggelar aksi korporasi penambahan modal HMETD V kepada para pemegang saham dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 13,18 miliar helai saham baru.
Selain itu, Bank JTrust diketahui telah mengantongi izin para pemegang saham untuk melaksanakan rights issue sebanyak-banyaknya 10 miliar helai saham.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan rights issue bank-bank kecil itu ditujukan untuk menambah permodalan. Namun, investor melihat saham-saham bank-bank kecil itu kurang menarik.
Menurutnya, BMAS dan BBKP sebagai contoh merek yang mempunyai fundamental kurang baik. BMAS mengalami penyusutan laba bersih serta masih overvalued dibandingkan rata-rata emiten perbankan mengacu pada rasio price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV).
Selain itu, menurutnya saham tersebut kurang liquid dengan volume transaksi yang sangat rendah dibandingkan rata-rata emiten perbankan.
BBKP juga masih mengalami kerugian dan salah satu objektif mereka melalui rights issue adalah untuk mempertahakan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). BBKP juga berada dalam down-trend sejak beberapa bulan lalu.
"Jadi menurut saya pada saat ini dengan kondisi emiten perbankan itu, prospek rights issue mereka kurang menarik," katanya kepada Bisnis pada Selasa (16/5/2023).
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan sebenarnya kondisi permodalan bank ada pada posisi yang aman. Hampir semua bank pada akhir 2022 juga telah memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp3 triliun.
Namun, bank-bank kecil itu menjalankan aksi rights issue tidak hanya memperkuat modal. "Bank akan memperluas pasar dan ekspansi kredit yang lebih besar. Hal ini dilakukan bank ketika kondisi masih wait and see atas tren suku bunga," katanya.
Selain itu, penambahan modal melalui rights issue mampu menjaga likuiditas, risiko kredit macet (nonperforming loan/NPL), hingga mampu meningkatkan aset yang produktif dan berkualitas.
"Penambahan modal juga bisa dilakukan sebagai upaya persiapan menjaga risiko untuk antisipasi kondisi ekonomi yang tidak stabil tahun ini," ujar Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel