Kota Semarang Mulai Incar Sektor Pariwisata, Bakal Imbangi Manufaktur?

Bisnis.com,25 Mei 2023, 13:00 WIB
Penulis: M Faisal Nur Ikhsan
Ilustrasi layanan Hotel Simpang Lima Semarang. Bisnis perhotelan di Semarang menggeliat seiring perkembangan dunia wisata./Ist

Bisnis.com, SEMARANG - Gerak gerik pelaku industri manufaktur yang mulai meninggalkan Kota Semarang tampaknya telah dibaca oleh pemerintah daerah.

Widoyono, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang, mengungkapkan bahwa meskipun ekonomi daerah itu hari ini masih didominasi oleh sektor industri dan perdagangan, namun ke depan Kota Semarang bakal bertumpu pada geliat ekonomi di sektor pariwisata dan sektor penunjangnya.

Dalam diskusi yang digelar di Hotel Pandanaran, Kota Semarang, pada Rabu (24/5/2023), Widoyono memaparkan bahwa industri perhotelan di Kota Semarang rerata punya okupansi kamar di angka 30 persen. Pada akhir pekan, angkanya bahkan bisa lebih dari pada itu.

"Rata-rata Lama Menginap (RLM) itu 1,4 hari pada Maret 2023. jadi kita bukan lagi kota yang orang numpang lewat, tapi sudah menjadi destinasi. Kita tidak cuma mengandalkan weekend, tapi di weekday juga ada event," jelasnya.

Widoyono menambahkan, untuk mendukung visi tersebut, Pemerintah Kota Semarang telah menyiapkan ragam agenda wisata dari kearifan lokal yang mengakar kuat di daerah tersebut. Mulai festival budaya, pawai agama, sedekah bumi, hingga ritual sesaji rutin digelar untuk mendorong geliat pariwisata.

"Potensi usaha hotel dan restoran yang pertama adalah event. Kita punya kawasan industri, kita punya potensi daya tarik wisata, kemudian perguruan tinggi dan boarding school. Juga infrastruktur dan moda transportasi yang lengkap," kata Widoyono.

Namun demikian, Widoyono tidak memungkiri bahwa struktur perekonomian di Kota Semarang masih begitu bergantung pada kinerja industri manufaktur. Dari 5.056 permohonan perizinan di Kota Semarang sepanjang 2022 lalu, permohonan izin dari industri makanan dan minuman masih merajai. Diikuti industri kendaraan bermotor, logam, listrik, dan elektronik.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah Frans Kongi, menyebut bahwa investor anyar yang datang ke Jawa Tengah sudah mulai enggan buat masuk ke Kota Semarang. Selain terlalu padat, daerah tersebut juga punya risiko lingkungan berupa banjir rob dan penurunan muka tanah yang dikhawatirkan bakal mengganggu aktivitas industri.

Frans menyebut, investor hari ini lebih memilih kawasan di bagian timur. Beberapa destinasi investasi yang masih potensial antara lain Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati. Diperkirakan, dalam tiga tahun ke depan, kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga bakal menjadi destinasi anyar pilihan investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini