Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan performa kredit perbankan mengalami perlambatan sebesar 125 basis poin, atau dari posisi Maret yang tumbuh 9,37 persen secara tahunan (yoy) turun ke posisi 8,08 persen yoy pada April 2023.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan bahwa berdasarkan jenisnya, performa kredit perbankan pada April lalu ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 10,12 persen yoy, diikuti kredit konsumsi 8,68 persen yoy, dan modal kerja naik 6,55 persen yoy.
Dia menyampaikan bahwa dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada korporasi di sektor pertambangan, industri, dan jasa.
Sementara itu, dari sisi penawaran, perbankan optimistis mampu mencapai target penyaluran kredit seiring berlanjutnya perbaikan ekonomi serta longgarnya likuiditas dan lending standard.
“Bank Indonesia akan terus mendorong intermediasi perbankan guna menjaga momentum pemulihan ekonomi,” ujar Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang dipantau secara virtual, Kamis (25/5/2023).
Di sisi lain, bank sentral mencatat laju pembiayaan syariah tumbuh 18,68 persen yoy pada April 2023. Adapun, di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pertumbuhan kredit mencapai 6,83 persen yoy.
Perry mengatakan pertumbuhan kredit di segmen UMKM didukung oleh realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp53,93 triliun hingga 30 April 2023. BI memastikan terus mendorong intermediasi perbankan guna menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Terlepas dari performa kredit yang melemah, ketahanan sistem keuangan khususnya perbankan masih tetap terjaga. Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 24,69 persen pada Maret lalu.
Selain itu, risiko kredit juga terkendali. Tecermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan /NPL) yang rendah, yakni 2,49 persen secara bruto dan 0,72 persen neto pada Maret 2023.
Perry menambahkan likuiditas perbankan pada April 2023 juga terjaga. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 6,82 persen yoy. Hasil stress test BI juga menunjukan ketahanan perbankan tetap kuat.
“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan KSSK [Komite Stabilitas Sistem Keuangan] dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global, yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan,” kata Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel