Bisnis.com, JAKARTA — Peningkatan suhu permukaan bumi sebagai sinyal krisis iklim semakin menunjukkan dampaknya terhadap keseharian manusia, termasuk aktivitas perekonomian. Kebijakan moneter, termasuk baurannya dengan fiskal dan kebijakan lainnya memiliki peranan penting dalam 'mengerem' kerusakan lingkungan.
Berdasarkan laporan Asian Development Bank (ADB), Asia menjadi wilayah yang paling banyak mengalami kerusakan akibat bencana alam dalam kurun 2000—2021. Rentetan bencana alam itu tidak lepas dari dampak pemanasan global dan menunjukkan krisis iklim yang kian nyata.
Dari catatan Asia itu, 33 persen bencana terjadi di Asia Tenggara, sehingga dampak dari ancaman kerusakan harus diantisipasi dengan serius, termasuk oleh Indonesia.