Bisnis.com, JAKARTA - Citibank, N.A., Indonesia terus menggenjot pasar obligasi hijau atau green bond seiring dengan potensi pasar yang dinilai masih besar di Indonesia.
Terbaru, Citi terlibat dalam penerbitan perdana green bond PT Pertamina Energy Geothermal Energy Tbk (PGE) sebagai joint global coordinator untuk tahapan marketing dan joint lead manager. Nilai penerbitan green bond itu mencapai US$400 juta dengan tenor lima tahun.
Dana yang dihimpun dari penerbitan green bond ini akan digunakan untuk melunasi bridging loan yang sebelumnya dimanfaatkan bagi refinancing atas shareholder loan.
Citi juga telah terlibat dalam pemberian fasilitas pembiayaan bersama untuk PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) senilai US$100 juta. Pembiayaan tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan hunian bagi keluarga berpenghasilan rendah dan menengah.
Selain itu, Citi terlibat dalam program pembiayaan rantai pasok berkelanjutan atau sustainable supply chain finance (SSCF) perdana grup Henkel di Indonesia serta penawaran sukuk hijau senilai US$3 miliar untuk pemerintah Indonesia yang mencakup obligasi hijau bertenor 30 tahun, dan transaksi lainnya.
Chief Executive Officer Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan berbagai keterlibatan Citi tersebut sejalan dengan kriteria kelayakan lingkungan bank.
“Citi terus menunjukkan kepemimpinannya di pasar obligasi hijau seraya menanggapi meningkatnya permintaan investor untuk produk keuangan berkelanjutan secara global," katanya dalam keterangan tertulis pada Senin (28/5/2023).
Upaya menggenjot pasar green bond di Indonesia juga sejalan dengan komitmen global Citi untuk mencapai keuangan berkelanjutan US$1 triliun pada 2030.
Seiring dengan upaya tersebut, potensi pasar green bond di Indonesia memang besar. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai green bond masih cukup menarik khususnya bagi investor institusional.
Menurut Bhima, keunggulan green bond terdapat pada persepsi risiko kredit yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obligasi konvensional. “Dengan risiko lingkungan yang bisa dimitigasi, maka perusahaan penerbit green bond mendapat persepsi yang lebih baik dibanding peers,” kata Bhima.
Selain itu, dari segi citra, penerbitan green bond bisa menambah nilai perusahaan dan investor. Bhima mengatakan investor juga makin perhatian terhadap isu-isu environmental, social, and governance (ESG) sebelum memutuskan membeli aset keuangan.
“Green bond yang makin dominan dalam portofolio pembiayaan akan menjadikan kepercayaan investor makin meningkat,” ujar Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel