Bisnis.com, JAKARTA - Wajah Imelda Trisnowati yang tertutup masker tetap memancarkan kebahagiaan. Bagaimana tidak, upayanya menyisihkan sebagian penghasilannya berupa tabungan berbuah rezeki yang tidak disangka. Satu unit Suzuki Ertiga keluaran terbaru untuk periode undian 2022.
"Kuncinya cuma tambah terus saldonya," ungkap pengusaha kecil yang menempatkan tabungannya di BRI Kramat Jati Ramayana itu pada pertengahan Mei 2023 lalu saat ditanya rahasianya.
Dana murah seperti yang ditempatkan Imelda memang menjadi kunci perbankan untuk memacu bisnisnya agar lebih kompetitif. Bagaimana tidak, tabungan serta giro yang biasa dikenal dengan dana pihak ketiga (DPK) mampu membangun bisnis perbankan menjadi lebih sehat.
Instrumen yang juga dikenal dengan current account saving account (CASA) ini menjadi kunci mengerek laba namun tetap kompetitif dalam menawarkan bunga kepada nasabah peminjam. Pasalnya, dengan bunga tabungan yang relatif lebih rendah dibandingkan deposito, maka bank tetap menikmati margin yang cukup jika memiliki segepok CASA.
CASA juga menjadi semakin penting saat suku bunga acuan bank sentral atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dikerek naik. Besarnya CASA menghindarkan Bank menanggung beban tambahan saat menjual kredit yang bersaing dengan bunga kompetitor di pasar.
Dalam kesempata terpisah beberapa waktu lalu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan kebijakan suku bunga acuan bank Indonesia BI7DRR menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan perbankan dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). Saat BI7DRR dikerek naik atau diturunkan, maka akan berdampak pada langah kompetitor mengerek kebijakan bunga. Saat diikuti, akan terjadi perubahan nilai bunga bersih yang diraih bank (net interest margin/NIM) dan biaya dana (cost of fund/CoF).
"Jadi bank harus kreatif jaga kinerjanya [dalam memperebutkan DPK]," ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Sebagai gambaran, sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023, Bank Indonesia mengerek BI7DRR secara agresif sebesar 225 bps menjadi 5,75 persen.
Sedangkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan sepanjang tahun berjalan per Maret 2023 (year-to-date/ytd) menunjukkan terjadi penurunan nominal simpanan masyarakat di perbankan sebesar 1,9 persen. Meski demikian, nilai ini naik 6,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Sinyal nyata yang membuat perbankan harus meluncurkan pendekatan kepada nasabahnya untuk meningkatkan tabungan yang dimiliki. Termasuk dengan promo berhadiah yang menggiurkan.
Andalkan Proximity
Wakil Pimpinan Wilayah Regional II Bank Rakyat Indonesia Misnadin menuturkan strategi meningkatkan DPK di BRI dibuat lebih atraktif dengan strategi magnitude dan kedekatan (proximity).
"Panen hadiah dari BRI dilaksanakan 2 kali setahun. Selain itu berdasarkan cabang," katanya menunjukkan besarnya peluang yang ditawarkan.
Dia juga menyebutkan, selain mendorong peningkatan tabungan, pihaknya juga menawarkan kemudahan dalam layanan pengelolaan keuangan.
"Sekarang buka rekening BRI gampang, bisa di mana-mana. Agen Brilink, via handphone, tidak usah ke cabang," katanya menambahkan.
Atas strategi ini, BRI mencatatkan pertumbuhan pendanaan selama tiga bulan pertama menjadi Rp 1.255,45 triliun atau tumbuh 11,45 persen year on year (yoy). Dana jumbo ini ditopang dana mudah yang mencapai Rp810,09 triluun atau naik 13,01 persen. Jauh di atas industri yang berbalik arah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel