Pemulihan Industri Penerbangan, Pengamat: Krisis Suku Cadang Membayangi

Bisnis.com,02 Jun 2023, 17:45 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Penumpang pesawat berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (22/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan jumlah penumpang pesawat yang terjadi selama 5 bulan pertama 2023 diyakini akan berlanjut hingga akhir tahun ini. 

Berdasarkan data PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II, tercatat jumlah penumpang pada 20 bandara yang dikelolanya sepanjang Mei 2023 mencapai 7,14 juta penumpang. Catatan tersebut merupakan jumlah tertinggi dalam 3 tahun pascapandemi Covid-19 pada 2020 lalu. 

Sementara itu, pada Januari - Mei 2023 secara kumulatif jumlah penumpang di 20 bandara AP II mencapai 31,66 juta penumpang.

Terkait hal tersebut, pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soejatman menyebutkan, peningkatan jumlah penumpang yang terjadi menandakan adanya pemulihan di sektor penerbangan yang sedang berjalan. 

Dia memperkirakan jumlah penumpang pesawat pada 2023 dapat mencapai level pada 2019 lalu, dan kemudian mencapai level 2018 pada 2024 mendatang.

“Pertumbuhan akan terus lanjut sepanjang 2023 ini, tetapi laju pertumbuhan penumpangnya akan fluktuatif,” jelas Gerry saat dihubungi, Jumat (2/6/2023).

Gerry menuturkan, salah satu faktor utama yang mendukung pemulihan di sektor penerbangan adalah dicabutnya status pandemi Covid-19. Hal ini juga akan mempermudah syarat perjalanan untuk masyarakat yang hendak bepergian dengan pesawat.

Selain itu, dia juga melihat tingginya minat masyarakat untuk bepergian atau berwisata setelah pandemi. Pencabutan status pandemi dan mulai menurunnya angka infeksi akan berimbas positif pada keyakinan masyarakat untuk bepergian.

Di sisi lain, prospek pertumbuhan penumpang pesawat di Indonesia sepanjang 2023 juga masih dibayangi oleh krisis rantai pasok suku cadang atau spare part pesawat yang dihadapi oleh maskapai. Selain itu, maskapai juga perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk suku cadang tersebut.

Padahal, kata Gerry, kondisi keuangan maskapai pada saat ini belum pulih sepenuhnya. Dia menerangkan, pemulihan kondisi keuangan maskapai akan cenderung tertinggal dari pemulihan permintaan pasar penerbangan.

Selain beban dari suku cadang, maskapai juga masih menghadapi kenaikan biaya-biaya lain, seperti penggunaan bandara. Menurutnya, biaya penggunaan bandara mau tidak mau harus dinaikkan demi menjaga kelangsungan operasi di tengah pemulihan pasar.

Adapun, imbuhnya, pemulihan pasar juga masih terkendala adanya sisa-sisa pembatasan perjalanan yang belum dicabut oleh Satgas Covid Indonesia.

“Hal-hal di atas perlu menjadi perhatian, saya melihat tidak perlu ada strategi khusus, tetapi mungkin pemerintah bisa membantu mengurangi birokrasi importasi suku cadang pesawat dan penambahan daftar suku cadang yang bea masuknya digratiskan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Denis Riantiza Meilanova
Terkini