Menanti Kiprah Nakhoda Baru Bank Milik Salim hingga Bank Besutan Jerry Ng

Bisnis.com,03 Jun 2023, 16:41 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA)./bankina.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah bank seperti PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) milik taipan Anthony Salim dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) besutan Jerry Ng mempunyai direktur utama baru tahun ini. Bagaimana kiprah nakhoda baru itu ke depan?

Bank Ina telah menunjuk direktur utama baru melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Hasil RUPSLB telah menyetujui untuk memberhentikan dengan hormat Daniel Budirahayu sebagai direktur utama yang telah meninggal dunia.

Pengganti Daniel yang telah diputuskan dalam RUPSLB adalah Henry Koenaifi. Ia sebelumnya diangkat menjadi Direktur Bank Ina pada awal tahun ini.

Sebelum bergabung ke bank milik Salim, Henry menjabat sebagai Direktur Perbankan Digital di PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) pada 2022.

Henry yang meraih gelar MBA dari Monash University, Melbourne, Australia itu juga pernah duduk sebagai jajaran direksi di PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Henry juga sempat menjabat sebagai Presiden Direktur PT BCA Finance pada periode 2000 hingga 2008.

Setelah ditunjuk sebagai Direktur Utama Bank Ina, Henry mengatakan dirinya memiliki berbagai strategi untuk menjalankan sejumlah program yang telah direncanakan Bank Ina.

Menurutnya, bank siap untuk menghadapi sejumlah tantangan di tengah gejolak resesi ekonomi global maupun lainnya yang akan mempengaruhi perekonomian nasional.

“Bank Ina optimistis, melalui sinergi dengan stakeholders dan kerja keras dapat melalui menghadapi tantangan tersebut, serta menjawab kebutuhan nasabah di Indonesia walaupun tidak mudah dan butuh kerja sama dari seluruh stakeholder," ujar Henry dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.

Selain Bank Ina, Bank Jago mengangkat direktur utama baru melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST). Hasil RUPST sepakat mengangkat Arief Harris Tandjung sebagai direktur utama baru menggantikan Kharim Siregar yang telah selesai masa jabatannya. 

Arief sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Bank Jago. Sebelum ke Bank Jago, ia sempat menjabat sebagai Director Finance, Treasury and Funding di PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) pada 2014 hingga 2019.

Pria lulusan Universitas Indonesia pada 1991 ini juga sempat menempati posisi sebagai Senior Programming Technician di IBM Indonesia.

Arief mengatakan tugasnya nanti sebagai Direktur Utama Bank Jago adalah merawat dan meneruskan kepemimpinan sebelumnya, Kharim serta membawa Bank Jago ke level yang lebih tinggi lagi.

“Kharim sudah membangun fondasi Bank Jago yang sangat kokoh, berfundamental baik dan memiliki posisi tersendiri di industri bank digital sebagai tech-based bank yang mampu tertanam dalam ekosistem,” kata Arief beberapa waktu lalu.

Selain Bank Ina dan Bank Jago, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) akan mempunyai direktur utama baru setelah Tjandra Gunawan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai direktur utama perseroan.

Namun, mengacu laporan yang dibagikan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), persetujuan dari pemegang saham atas pengunduran diri Tjandra Gunawan serta nama direktur utama baru yang akan menggantikannya diputuskan pada RUPS bulan ini.

Proyeksi Kinerja Keuangan dan Saham di Tangan Nahkoda Baru

Bank Ina pada awal tahun ini mencatatkan kinerja keuangan yang moncer. Emiten bank berkode BINA itu membukukan laba bersih Rp58,83 miliar pada kuartal I/2023, naik tujuh kali lipat atau 639,52 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,95 miliar.

Bank Ina juga telah menyalurkan kredit Rp11,08 triliun pada kuartal I/2023, tumbuh 104,8 persen yoy. Aset bank pun naik 21,23 persen yoy menjadi Rp21,41 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bank besutan konglomerat, seperti Bank Ina milik Salim memang mempunyai potensi bisnis yang menjanjikan. Bank mempunyai keunggulan dari sisi ekosistem yang luas. Sebab, selain di bisnis bank, konglomerat mempunyai lini bisnis lainnya yang bisa disinergikan.

"Beberapa konglomerasi yang memiliki usaha-usaha kemudian disalurkan pembayarannya, investasi, dan pembiayaannya ke grup tersebut. Lalu akan memberikan sisi positif," katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Meski begitu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan ke depannya, kinerja keuangan Bank Ina belum tentu moncer. Dia meragukan adanya lonjakan pendapatan bunga yang berkelanjutan seperti yang terjadi pada kuartal I/2023.

Dari sisi saham, Arjun juga mengatakan saham BINA sudah lumayan overvalued atau berada di atas harga wajar. Setelah kinerja keuangan moncer awal tahun, pasar pun bereaksi dan ada aksi profit taking dari saham ini.

"Selain itu saham tersebut lumayan illiquid dan rentan terhadap fluktuasi volume yang tiba-tiba," kata Arjun kepada Bisnis pada Jumat (2/6/2023).

Sementara itu, Bank Jago dan Bank Neo Commerce merupakan bank digital yang mencatatkan kinerja keuangan berbeda pada kuartal I/2023.

Bank Jago telah berhasil mencetak laba sebesar Rp17,5 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Namun, laba Bank Jago itu turun 8 persen yoy.

Sementara itu, Bank Neo Commerce masih membukukan rugi pada kuartal I/2023 sebesar Rp68,4 miliar. Meski begitu, rugi bersih BBYB menyusut 83,5 persen yoy.

Analis Pefindo Kreshna Dwinanta Armand mengatakan bank digital mempunyai sejumlah faktor pendorong pertumbuhan bisnis tahun ini, salah satunya permodalan. Bank digital mempunyai rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang tinggi. Bank Jago misalnya mempunyai CAR 78,72 persen pada kuartal I/2023. 

Selain itu, faktor pendorong bisnis bank digital adalah ekosistem yang luas. "Beberapa bank ini didirikan untuk melengkapi bisnis jasa keuangan yang telah dibentuk oleh grupnya,” kata Kreshna beberapa waktu lalu.

Dari sisi saham, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan prospek bank digital sampai dengan 1–3 tahun mendatang masih cukup cerah, meskipun tidak untuk semua bank digital.

Menurutnya, hanya bank digital yang memiliki ekosistem saja yang mampu terus melaju dan memimpin era bank digital di masa yang akan datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini