Bisnis.com, JAKARTA - Penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) oleh perbankan mengalami tren pelambatan pada awal tahun ini. Namun, pada kuartal III/2023 atau akhir tahun ini, penyaluran KPR diprediksi moncer seiring tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Berdasarkan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan yang dirilis oleh BI, penyaluran KPR hingga Maret 2023 mencapai Rp648,4 triliun, naik 7 persen. Namun, pertumbuhan penyaluran KPR itu melambat dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang mencapai 7,5 persen.
Pada April 2023 atau saat momen libur lebaran, penyaluran KPR juga memang tumbuh 6,5 persen yoy menjadi Rp651 triliun. Namun, lagi-lagi pertumbuhannya melambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan pelambatan penyaluran KPR pada awal tahun ini dipengaruhi oleh masih tingginya suku bunga kredit perbankan.
Meskipun BI menahan suku bunga acuannya sebesar 5,75 persen empat kali secara beruntun pada awal tahun ini, bank-bank masih menerapkan suku bunga KPR yang tinggi terpengaruh tren kenaikan suku bunga acuan BI sejak pertengahan tahun lalu.
"Bank-bank pun umumnya mengalami masalah cost of fund [biaya dana] yang tinggi, jadi kredit terkoreksi dan sulit menjual produknya, salah satunya KPR," kata Amin kepada Bisnis pada Sabtu (3/6/2023).
Meski begitu, ia memperkirakan penyaluran KPR akan moncer pada kuartal III/2023 seiring dengan perkiraan penurunan suku bunga acuan BI. "Kalau turun suku bunga, maka bank mampu mengerek KPR," katanya.
Suku bunga acuan BI memang diperkirakan akan mengalami tren penurunan mulai semester kedua tahun ini. Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman memproyeksikan tren penurunan suku bunga acuan BI itu akan terjadi secara bertahap sebanyak tiga kali dengan masing-masing penurunan sebesar 25 basis poin (bps). Hingga akhir tahun ini, suku bunga acuan BI kemudian diperkirakan turun menjadi 5 persen.
Sejalan dengan perkiraan moncernya KPR di tengah perkiraan penurunan suku bunga acuan, bank-bank telah ancang-ancang mengerek penyaluran KPR mereka.
Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) Okki Rushartomo mengatakan BNI gencar mengerek penyaluran KPR pada tahun ini dengan mengandalkan sejumlah strategi. BNI misalnya memperluas kerja sama dan menggandeng sejumlah pemangku kepentingan.
“BNI akan terus proaktif berupaya mengurangi backlog nasional untuk mendorong kepemilikan rumah. Tentunya BNI juga akan bekerja sama dengan berbagai stakeholder dan mengoptimalkan platform BNI Griya,” kata Okki.
BNI juga memgandalkan platform digital BNI DigiGriya untuk melayani nasabah KPR. Melalui platform itu, nasabah dengan mudah dapat melakukan pencarian properti.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI juga gencar menyalurkan pembiayaan hunian tahun ini. Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengatakan diantara strategi BSI dalam menyalurkan pembiayaan hunian adalah dengan memperluas ekspansi ke daerah-daerah dengan pasar potensial. Beberapa wilayah yang dibidik BSI antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, Kalimantan, hingga Bali.
Strategi lainnya, BSI menghadirkan program promo. BSI memberikan cashback senilai Rp2 juta bagi 2.000 nasabah pertama yang merealisasikan pencairan pembiayaan per periode 22 Mei 2023 hingga 30 Juni 2023. Minimal limit realisasi pencairan pembiayaan sebesar Rp300 juta.
“Calon nasabah BSI yang ingin mewujudkan rumah impian dengan angsuran yang nyaman, dapat memanfaatkan program ini untuk mendapatkan keuntungan,” kata Anton.
BSI juga memberikan cashback premi asuransi jiwa hingga 20 persen dan margin spesial setara 2,5 persen untuk 1 tahun pertama. Ada juga promo berupa bebas biaya di depan dan bebas biaya appraisal hingga Rp5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel