Proyeksi AAUI atas Bisnis Asuransi Mobil Hingga Properti

Bisnis.com,04 Jun 2023, 09:26 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Karyawan beraktifitas di dekat deretan logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Selasa (22/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksikan premi asuransi umum dapat tumbuh di kisaran satu hingga dua digit sampai akhir 2023. Untuk diketahui, saat ini tiga bisnis utama perusahaan asuransi umum adalah asuransi mobil, asuransi properti, dan asuransi kredit.

Wakil Ketua AAUI untuk Bidang Statistik & Riset Trinita Situmeang mengatakan optimistis itu seiring dengan penetrasi asuransi umum yang berada di level 0,46 persen pada 2022 dengan densitas mencapai Rp325.000 per tahun.

“Kalau dilihat dari sisi penetrasi dan densitas, kami masih cukup optimis ada pertumbuhan, tapi apakah di satu digit atau dua digit, ya di tengah-tengah lah pertumbuhan [preminya] 1,5 digit [sampai akhir 2023],” kata Trinita dalam paparan kinerja AAUI kuartal I/2023 di Jakarta, awal pekan lalu.

Trinita menuturkan bahwa seharusnya perbaikan-perbaikan yang terjadi di asuransi umum dan reasuransi akan mendorong juga penyesuaian harga dan terjadi konsolidasi di seluruh lini bisnis, serta akan menopang pendapatan premi top line maupun bottom line. Hal itu seiring dengan adanya hardening market yang terjadi di reasuransi dan asuransi selama dua tahun terakhir.

Hardening market ini berarti adanya adjustment di pricing, jadi ini akan diikuti juga oleh penyesuaian-penyesuaian di seluruh lini bisnis. Jadi harga-harga untuk proteksi itu akan naik. Kita harapkan di depan juga melakukan penyesuaian. Jadi kita masih optimis [premi naik],” ujarnya.

Adapun, premi yang diproyeksi akan naik hingga akhir 2023 adalah premi yang berasal dari lini bisnis properti, kendaraan bermotor, asuransi kredit, dan asuransi kesehatan.

“Tapi secara keseluruhan, kami melihat di properti akan ada penyesuaian harga, harganya akan naik karena hardening market. Kalau hardening market, itu kan berarti harus ada adjustment dari sisi harga dan term and condition,” tambahnya.

Hardening market adalah kondisi di industri asuransi dan reasuransi ketika sulit untuk mendapatkan cover atau back-up. Situasi ini terjadi ketika tiga indikator yakni harga atau premi meningkat, terms and condition diperketat, dan kapasitas menciut atau berkurang.

Pada kuartal I/2023, premi di industri asuransi umum mengalami pertumbuhan hingga 16,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp22,41 triliun pada kuartal I/2022 menjadi Rp26,09 triliun.

Rinciannya, peningkatan premi di industri asuransi umum mayoritas diperoleh dari lini bisnis properti dengan pangsa pasar premi yang mencapai 24,5 persen dari total premi pada kuartal I/2023. Premi properti tercatat naik 11,9 persen yoy dari Rp5,72 triliun menjadi Rp6,4 triliun.

Selain itu, penyumbang premi kedua tertinggi berasal dari kendaraan bermotor (motor vehicle) dengan porsi mencapai 19,9 persen. Premi kendaraan bermotor naik 9,6 persen yoy dari Rp4,74 triliun menjadi Rp5,19 triliun.

Selanjutnya, premi asuransi kredit merengkuh kue 15,9 persen dari total premi di industri asuransi umum. Premi asuransi kredit naik dari Rp3,26 triliun menjadi Rp4,15 triliun atau tumbuh 27,4 persen yoy.

Mengekor di belakangnya, yaitu premi asuransi kesehatan (health insurance) dengan porsi mencapai 10,4 persen. Premi asuransi kesehatan naik 19,7 persen yoy dari Rp2,27 triliun menjadi Rp2,72 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini